08 March 2025

Waspada Puncak Musim Hujan di Sumatera Barat


Oleh: Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si *)

Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki pola hujan ekuatorial. Pola ini ditandai dengan dua kali musim hujan dalam satu tahun, dengan puncak pertama terjadi pada bulan Maret dan April, serta puncak kedua pada bulan Oktober dan November.

Hal ini disebabkan oleh pergerakan angin monsun serta interaksi dengan fenomena atmosfer lainnya seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Indian Ocean Dipole Mode (IODM) yang dapat memperkuat intensitas curah hujan di wilayah ini.

Dengan datangnya puncak musim hujan, masyarakat Sumatera Barat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai potensi bencana hidrometeorologi yang kerap melanda daerah ini. Bencana seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang dapat terjadi akibat curah hujan yang tinggi dalam periode yang cukup lama. Oleh karena itu, pemahaman terhadap karakteristik cuaca serta langkah-langkah mitigasi sangat penting untuk mengurangi risiko dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.

Sebagai wilayah dengan pola hujan ekuatorial, Sumatera Barat tidak mengalami musim kemarau seperti di daerah lain di Indonesia yang memiliki pola monsun. Curah hujan cukup tinggi sepanjang tahun, namun terdapat dua puncak utama yang patut diwaspadai. Pola hujan ekuatorial di Sumatera Barat dipengaruhi oleh pergerakan zona konvergensi antar tropis (ITCZ). Saat ITCZ berada di dekat wilayah Sumatera Barat, kelembapan udara meningkat dan menyebabkan terbentuknya awan-awan hujan.

Selain itu, faktor orografi atau bentuk permukaan tanah di Sumatera Barat yang didominasi oleh perbukitan dan pegunungan turut mempengaruhi intensitas hujan. Daerah dengan topografi curam lebih rentan terhadap tanah longsor, terutama ketika tanah jenuh oleh air akibat curah hujan yang terus menerus.

Hujan dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat dapat menyebabkan banjir di berbagai daerah, terutama di kota-kota besar seperti Padang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Sungai-sungai yang melintasi wilayah ini dapat meluap dan menyebabkan genangan di permukiman serta lahan pertanian. Selain itu, sistem drainase yang kurang optimal dapat memperburuk kondisi banjir di wilayah perkotaan.

Daerah perbukitan dan pegunungan seperti Agam, Tanah Datar, dan Solok sangat rawan terhadap longsor selama puncak musim hujan. Air hujan yang meresap ke dalam tanah dapat menyebabkan ketidakstabilan lereng dan memicu longsoran tanah. Hal ini berpotensi merusak infrastruktur, menutup akses jalan, serta mengancam pemukiman di sekitar lereng bukit.

Selain itu, selama puncak musim hujan, angin kencang sering terjadi, terutama di daerah pesisir seperti Pesisir Selatan dan Pariaman. Angin kencang dapat merusak atap rumah, menumbangkan pohon, serta mengganggu aktivitas pelayaran dan perikanan. Fenomena puting beliung juga berpotensi muncul secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan serius dalam waktu singkat.

Daerah pesisir Sumatera Barat juga harus mewaspadai gelombang tinggi yang dapat mengganggu aktivitas nelayan dan pelayaran. Selain itu, abrasi pantai akibat hempasan gelombang yang kuat dapat mengancam pemukiman dan infrastruktur di sepanjang garis pantai. Untuk mengurangi risiko bencana selama puncak musim hujan, berbagai langkah mitigasi perlu dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah daerah.

Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi prakiraan cuaca dari BMKG agar dapat mempersiapkan diri terhadap potensi hujan lebat dan bencana yang mungkin terjadi. Pemerintah daerah perlu memastikan sistem drainase di perkotaan berfungsi dengan baik agar dapat mengurangi risiko banjir. Penanaman pohon di daerah rawan longsor dapat membantu memperkuat struktur tanah dan mengurangi risiko longsor.

Masyarakat harus diberikan pemahaman tentang tanda-tanda awal bencana serta langkah-langkah penyelamatan diri. Pemerintah dan lembaga terkait perlu menyiapkan posko tanggap darurat, peralatan penyelamatan, serta jalur evakuasi yang jelas.

Dengan memahami pola hujan serta potensi bencana yang menyertainya, diharapkan masyarakat Sumatera Barat dapat lebih siap menghadapi puncak musim hujan. Kesadaran, kewaspadaan, dan langkah mitigasi yang tepat akan membantu mengurangi dampak buruk yang mungkin ditimbulkan oleh cuaca ekstrem di wilayah ini.

*) Koordinator Penanganan Perubahan Iklim SDGs sekaligus Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang
No. Hp (WA): 0816350332

0 comments:

Post a Comment

PRAKIRAAN CUACA

eqmap

SOLOK SELATAN

HJP Sumatera Barat

POLDA SUMBAR

iklan

TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail

Statistic Views

Iklan

Iklan

Terkini

Iklan

FACEBOOK - TWEETER

Iklan

BUMN

Iklan

REMAJA DAN PRESTASI

Iklan

iklan

Blog Archive