16 September 2024

Hilangnya Moral Nak Ranah Minang


Oleh : Novianto, SP, Anak Rang Piaman

(GemaMedianet.com) Bumi Minangkabau sudah menangis pilu karena Adaik basandi syara', Syara' basandi kitabullah, Syara' Mangato, Adaik memakai hilang dari hati nak Ranah Minang. 

"Kato Nan Ampek" yakni Mandaki, Malereang, Mandata dan Manurun, sudah tidak lagi ada, sehingga moral semakin mangilang dan pupus bersama kemajuan teknologi. 

Hilangnya moral Nak Ranah Minang bisa dilihat dengan meningkatnya prilaku menyimpang, seperti LGBT, Prostituai, Perkelahian, Pembunuhan, Tawuran, menyebar kebencian, hoax dan banyak lagi yang terjadi. Semuanya tidak sejalan dengan filosofis Ranah Minang, yang mengedepankan agama dan adat, sehingga etika serta moral terjaga. 

Hilangnya moral nak Rang Minang juga bisa dirasakan semua kita saat ini, sehingga hal yang memalukan menjadi kebanggaan dan ketaatan menjadi bahan tertawaan. 

Saat ini, anak Rang Minang bangga mempermalukan orang lain, baik secara langsung maupun melalui media sosial, dengan cara menyebar kebohongan tanpa mempertimbangkan kato nan ampek, serta menyampaikannya juga secara vulgar tidak memakai hereang jo gendeng

Dahulu pendahulu Ranah Minang dari mulai kecil sampai renta, jika ingin bertindak pasti berfikir efek yang akan ditimbulkan dengan mengacu pada syara' serta adat setempat. Teltapi kini, anak Rang Minang bertindak tanpa pernah "manenggang", kalau pun ada yang tersakiti tidak dipedulikan. 

Kebanggaan Nak Rang Minang kini adalah bisa berbuat sesuka hati tanpa peduli apa yang terjadi, biar orang lain tersakti atau malu dan teraniaya, yang penting apa yang ia inginkan tercapai. Tidakkah ini menunjukkan moral anak Rang Minang sudah hilang? haruskah kita tetap bertahan mengatakan itu biasa? dan berdalih daerah lain juga sama. 

Ingat!!! karena moral yang tinggi dan agama yang kuat, maka kita orang Minangkabau jika berbicara harus melihat siapa lawan bicara, dan ketika menyampaikan nasehat tidak vulgar dengan kiasan, sehingga moralitas tetap terjaga, adakah itu sekarang? 

Jika itu sudah tak ada, apakah moral kita sebagai anak rang Minangkabau masih ada? tentu moral akan sirna bersama tidak dipakainya acuan dan dasar filosofis tadi. 

Jika ini terus dibiarkan, maka tidak akan lama lagi Ranah Minang sudah tidak akan lagi, dan tidak bisa membanggakan diri kalau kita beragama dan beradat, karena santun sudah sirna, taat sudah tiada. 

Hentikanlah tangis Ranah Minang, kembalilah pada masa dimana berucap tidak sesuka hati, berbuat tidak seenak perut, tapi menenggang dan melihat dengan siapa kita berucap. 
 
Jangan lagi kita bangga mempermalukan dan menganiaya orang lain dengan cara-cara apapun, karena Syara' dan Adat pasti melarang. Sekarang, kita mulai mengajari generasi berikutnya dengan moral yang baik, bersama dengan prilaku baik sebagai contoh, "lamak diawak katuju jo urang," dan "indak kalamak hati awak sajo". Karena sehebat apapun kita mengarahkan anak Rang Minang untuk bermoral, namun perbuatan kita tidak sejalan. Masih bangga dengan bercarut-pungkang, bangga menjelekkan orang lain, generasi berikutnya akan mengartikan dengan yang lebih parah. 

Salah anak Rang Minang hari ini, adalah salah orangtua yang tidak memberikan contoh baik, sekarang berubahlah agar moral kita kembali pulih, dan Ranah Minang Tidak menangis lagi. 

Saya yakin tulisan ini akan menuai pro dan kontra, tapi ini kenyataan yang harus kita perbaiki bersama. (*)

0 comments:

Posting Komentar

PRAKIRAAN CUACA

eqmap

SOLOK SELATAN

Iklan

POLDA SUMBAR

iklan

TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail

Statistic Views

Iklan Bank Nagari

iklan KPU Pesisir Selatan

   

Terkini

Iklan

FACEBOOK - TWEETER

Iklan

BUMN

Iklan

REMAJA DAN PRESTASI

Iklan

iklan

Arsip Blog