Oleh : Novianto, SP, Anak Rang Piaman
(GemaMedianet.com) | Bumi Minangkabau sudah menangis pilu karena Adaik basandi syara', Syara' basandi kitabullah, Syara' Mangato, Adaik memakai hilang dari hati nak Ranah Minang.
"Kato Nan Ampek" yakni Mandaki, Malereang, Mandata dan Manurun, sudah tidak lagi ada, sehingga moral semakin mangilang dan pupus bersama kemajuan teknologi.
Hilangnya moral Nak Ranah Minang bisa dilihat dengan meningkatnya prilaku menyimpang, seperti LGBT, Prostituai, Perkelahian, Pembunuhan, Tawuran, menyebar kebencian, hoax dan banyak lagi yang terjadi. Semuanya tidak sejalan dengan filosofis Ranah Minang, yang mengedepankan agama dan adat, sehingga etika serta moral terjaga.
Hilangnya moral nak Rang Minang juga bisa dirasakan semua kita saat ini, sehingga hal yang memalukan menjadi kebanggaan dan ketaatan menjadi bahan tertawaan.
Saat ini, anak Rang Minang bangga mempermalukan orang lain, baik secara langsung maupun melalui media sosial, dengan cara menyebar kebohongan tanpa mempertimbangkan kato nan ampek, serta menyampaikannya juga secara vulgar tidak memakai hereang jo gendeng.
Dahulu pendahulu Ranah Minang dari mulai kecil sampai renta, jika ingin bertindak pasti berfikir efek yang akan ditimbulkan dengan mengacu pada syara' serta adat setempat. Teltapi kini, anak Rang Minang bertindak tanpa pernah "manenggang", kalau pun ada yang tersakiti tidak dipedulikan.
Kebanggaan Nak Rang Minang kini adalah bisa berbuat sesuka hati tanpa peduli apa yang terjadi, biar orang lain tersakti atau malu dan teraniaya, yang penting apa yang ia inginkan tercapai. Tidakkah ini menunjukkan moral anak Rang Minang sudah hilang? haruskah kita tetap bertahan mengatakan itu biasa? dan berdalih daerah lain juga sama.
Ingat!!! karena moral yang tinggi dan agama yang kuat, maka kita orang Minangkabau jika berbicara harus melihat siapa lawan bicara, dan ketika menyampaikan nasehat tidak vulgar dengan kiasan, sehingga moralitas tetap terjaga, adakah itu sekarang?
Jika itu sudah tak ada, apakah moral kita sebagai anak rang Minangkabau masih ada? tentu moral akan sirna bersama tidak dipakainya acuan dan dasar filosofis tadi.
Jika ini terus dibiarkan, maka tidak akan lama lagi Ranah Minang sudah tidak akan lagi, dan tidak bisa membanggakan diri kalau kita beragama dan beradat, karena santun sudah sirna, taat sudah tiada.
Salah anak Rang Minang hari ini, adalah salah orangtua yang tidak memberikan contoh baik, sekarang berubahlah agar moral kita kembali pulih, dan Ranah Minang Tidak menangis lagi.
Saya yakin tulisan ini akan menuai pro dan kontra, tapi ini kenyataan yang harus kita perbaiki bersama. (*)
0 comments:
Post a Comment