BUKITTINGGI, (GemaMedianet.com) | Dokter Gigi GP (General Praktisionir/dokter gigi umum) jangan menafikan pesatnya perkembangan teknologi kedokteran gigi.
Akibat pesatnya peningkatan ilmu kedokteran gigi berikut teknologinya, maka pada suatu saat ke depan, peran dokter Gigi GP bisa digantikan oleh peran operator non dokter gigi atau robotik yang berperan sebagai dokter gigi.
Robot tersebut bisa dikendalikan dari jarak jauh. Jika pasienya ada di Indonesia, dokter gigi pengendalinya bisa saja sedang berada di Amerika atau di belahan dunia lain.
Apalagi dalam era globalisasi ini, arus keluar dan masuknya dokter gigi dari satu negara ke negara lainnya tidak ada batasan lagi. Untuk itu perlu diingatkan, agar Dokter GP harus bersiap menghadapi tantangan global.
"Dokter Gigi Indonesia harus bersiap menghadapi persaingan global dengan mengusai 4 hal yaitu, keilmuan dengan mengusai keterampilan, mengusai, mengetahui dan memahami pemakaian bahan kedokteran dan mengusai teknologinya, serta memiliki keberanian bertindak," ujarnya, Minggu (23/10/2022).
Menurutnya, jika selama ini seorang pasien dalam perawatan saluran akar gigi harus berulang 2 sampai 4 kali kunjungan ke dokter gigi spesialis konservasi, maka dengan teknologi kedokteran kunjungan ke dokter gigi spesialis konservasi gigi dapat dipersingkat menjadi satu kali kunjungan saja.
Saat ini menurut dr. Rudy Djuanda Sp.Kg yang menjadi pembicara di Seminar Kedokteran Gigi PDGI Agam, di Santika Hotel Bukittingi, Sabtu dan Minggu, 22-23 Oktober 2022 menyatakan bahwa teknologi Cad Cam, sangat memudahkan seorang dokter gigi dalam menangani pasien yang mengalami kerusakan dalam saluran akar. Perawatannya sangat efektif.
Jika terjadi kerusakan di Mahkota Gigi yang sangat parah, dapat disiasati dengan memasangkan crown dengan memakai teknologi Cad Cam. Misalnya bagian gigi yang rusak, discan lalu diproses cetak menjadi crown. Begitu selesai, crown-nya langsung dipasangkan ke gigi pasien. Sangat efektif, gigi berlobang dengan perawatan saluran akar, kemudian mahkota yang rusak dapat digantikan oleh crown.
"Tampilannya sangat estetik, bahkan mahkotanya lebih bagus dari gigi aslinya," ujar drg. Rudy Djuanda. SpKg yang sehari harinya menjadi staf pengajar di FKG Universitas Maranata di Bandung.
Sementara itu ilmuwan DR. Drg. Widyawati, Sp.KG, MKes, Staf Pengajar di FKG Universitas Baiturrahmah, menyatakan bahwa sebagian besar praktisi kedokteran gigi dalam hal ini dokter gigi belum memiliki keberanian untuk berinvestasi dalam jumlah besar, guna memiliki peralatan kedokteran yang berbasis teknologi tinggi.
Selain peralatannya mahal, penguasaan teknologinya pun sangat terbatas. Dokter gigi di Indonesia masih mengandalkan pelayanan manual dengan keterampilan yang masih bisa dihandalkan, berdasarkan keilmuan hasil berbagai penelitian dalam keilmuan.
Kolegium Konservasi Gigi, tidak pernah membatasi Dokter Gigi GP memberikan pelayanan dan melakukan perawatan endodonti kepada pasien.
"Kami di Kolegium sangat terbuka dan memberikan keleluasaan dengan catatan Dokter Gigi GP harus mematuhi tiga hal yaitu keterampilan (skill), pemakaian bahan untuk perawatan dan teknologi. Yang kami larang, jangan pekerjaan dokter gigi dilakukan oleh orang non dokter gigi. Betapa banyak kami Dokter Spesialis Konservasi Gigi menyelesaikan gigi pasien yang sudah parah dikerjakan oleh tukang gigi, akhirnya larinya ke kami," ungkap mantan Direktur RSGM Univ Baiturrahmah ini.
Drg. Rudy Djuanda SpKg dan DR. Drg. Widyawati, SpKg. MKes menghimbau, agar Dokter Gigi GP senantiasa menambah ilmu konservasinya. Karena kedua dokter gigi spesialis ini sependapat, bahwa untuk 15 tahun ke depan ketersediaan dokter gigi spesialis konservasi ini belum akan memenuhi kebutuhan di Indonesia.
Sebelumnya, Seminar Nasional PDGI Agam ini dibuka secara resmi oleh Ketua Pengurus Cabang PDGI Kabupaten Agam drg. Susi Osmond.
Dia menyampaikan bahwa, kegiatan seminar kali ini adalah yang pertama sejak Pandemi Virus COVID-19. Peserta seminar sekitar 200 orang dengan narasumber Drg. Rudy Djuanda SpKg, drg. Agam Ferri Erwana Sp.PM, drg.Andi Wirahadi Kusuma Sp.Pros, DR. Drg. Widyawati Sp.KG, MKes, drg. Iwan Dewanto PHd, drg. Harfindo Nismal, SpBM. Drg. Oryce Sahara, Sp.Ort, drg. Dedi Sumantri, MDsc.
Turut menyampaikan laporan, Ketua Panitia Pelaksana drg. Hilman Masri, dengan beberapa panitia lainnya drg. Anses Warman, MMkes, dan drg. Mira Loyda, MMkes.
(pr)
0 comments:
Posting Komentar