PADANG, (GemaMedianet.com) | Lama tak terdengar, seni sastra lisan Minangkabau yang dikenal dengan Salawat Dulang kini kembali hadir di tengah masyarakat.
Kali ini seni sastra lisan yang sarat dengan pesan-pesan moral dan agama itu berkumandang di Halaman Masjid Al Ihsan, Rimbo Tarok, Kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Jum'at (28/1/2022) malam.
Ketua Majelis Pertimbangan Adat (MPA) Nagari Pauh IX Kuranji Irwan Basir Datuk Rajo Alam, SH, MM yang hadir di kesempatan itu mengapresiasi digelarnya Salawat Dulang tersebut. Sebuah seni sastra lisan yang menampilkan pesan-pesan moral dan agama.
Menurutnya, Selawat Dulang sebagai sebuah warisan budaya ini harus dilestarikan, mulai dari tingkat kelurahan dan kecamatan maupun Kota Padang, sehingga tradisi ini tidak hilang ditelan zaman.
Untuk itu dia mengingatkan agar para orangtua mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai agama dan budaya. Setiap orangtua harus memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anaknya.
"Mari kita serahkan anak-anak kita ke surau atau masjid agar mendapat pendidikan agama yang baik. Orangtua tidak hanya cukup menyekolahkan anak, mulai dari SD sampai kuliah di perguruan tinggi, tetapi pendidikan agamanya juga harus diperhatikan," ajak Irwan Basir dalam sambutannya.
Kendati demikian, katanya lagi, anak tidak hanya disekolahkan dan diserahkan pendidikan agamanya ke surau, tetapi orangtua juga harus memiliki peran penting bagi pendidikan anak di rumah.
"Anak harus mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orangtuanya," tukasnya.
Saat ini banyak anak-anak yang terlibat tawuran, pergaulan bebas dan narkoba. Menurutnya, itu disebabkan kurangnya kasih sayang dari orangtua.
"Untuk itu, mari kita imbangi pendidikan anak kita di rumah dengan memberikan kasih sayang kepada mereka. Jika tidak, mereka akan mencari kasih sayang yang lain, bentuk perhatian yang lain," jelas Irwan Basir.
Lebih lanjut Irwan Basir, dunia sekarang adalah era teknologi dengan dunia media sosialnya. Dampaknya, dengan siapa saja anak-anak bisa bergaul di dunia maya
Kalau tidak diisi, tidak diarahkan, tidak diberikan bekal terhadap ancaman-ancaman masa depan mereka, pasti mereka akan tersesat, ulas Irwan Basir.
Cara orangtua dahulu mendidik anak, menurutnya lagi, layak dicontoh. Diceritakan Irwan Basir, sewaktu kecil kalau sudah magrib, dirinya wajib tiba di rumah untuk Shalat Magrib berjamaah. Ayahnya jadi imam dan anak serta ibunya jadi makmum.
Setelah Shalat Magrib berjamaah, kemudian makan bersama. Di saat itulah orangtua berkomunikasi dengan anak. Orangtua menceritakan perjalanan hidupnya.
"Orangtua berusaha menyakinkan anak-anak mereka, tidak mungkin nasib akan berubah jikalau bukan awak yang mengusahakannya," ungkap Ketua DPD LPM Kota Padang ini.
Terakhir, Irwan Basir berpesan agar orangtua memberikan pendidikan nilai adat dan budaya kepada anak-anak mereka, sehingga anak-anak tak tercabut dari akar budayanya sebagai Rang Minangkabau.
"Bagaimana kita hidup dahulu di kampung. Mandi di baruh-baruh, mamintak di bawah-bawah, tau batu nan ka manaruang, ranting nan ka mamatah. Kato nan ampek (kata yang empat, red) : Kato manurun, kato mandaki, kato mandata, dan kato malereng. Semua itu dijelaskan oleh orangtua zaman dulu," ucapnya.
Begitu juga bagaimana kita berbicara dengan orangtua, orang sumando, orang yang lebih kecil dari kita, semuanya harus ditanamkan. "Lamak dek awak, katuju dek urang," tuturnya.
Kemudian, bagaimana kita bisa berfikir menurut patuik (patut) dan alua (alur). "Itu semua harus dijelaskan orang tua kepada anak-anak," tekan Irwan Basir.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Walikota Padang diwakili Kabid Kebudayaan Dinas Dikbud Kota Padang Amriman M, S.Pd, MM Anggota DPRD Kota Padang Zulhardi Z. Latif dan Zalmadi, S. Hum, Ketua LKAM Kuranji DR. Hendri Yazid Datuk Rajo Diguci, SH, MM Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, RT/RW Rimbo Tarok, Bundo Kandung, Pengurus Masjid Masjid Al Ihsan Rimbo Tarok, Forum Komunikasi Selawat Dulang, Pemuda dan pemudi. (r)
#Editor : Uki Ratlon
0 comments:
Posting Komentar