AGAM, (GemaMedianet.com) | Belum lama selesai dikerjakan oleh kontraktor pelaksana PT. Daka Mega Perkasa, dan di-PHO (Provisional Hand Over) oleh pejabat berwenang di Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V Padang, proyek pengendalian banjir Sungai Batang Tambuo di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) ini sudah hancur akibat banjir.
Tak pelak kondisi itu mengundang tanya dan reaksi dari berbagai kalangan terhadap kualitas dan pengawasan proyek senilai Rp.12,9 Miliar tersebut.
Tak tanggung-tanggung proyek pengendalian banjir sepanjang 800 meter lebih itu mengalami kerusakan hingga sejauh 42 meter.
Telusuran media ini bersama pengamat konstruksi di lapangan terkait pemicu ambruknya Proyek Pengendalian Banjir Batang Tambuo di Kabupaten Agam itu ditengarai berawal dari pemadatan yang kurang maksimal dan tanpa tapak atau koporan. Selain itu adukan semennya diduga banyak pasir daripada semen, pasangan batu untuk lereng diduga tidak memakai lantai kerja, diduga pemakaian batu berukuran besar, diduga jarak antar pasangan batu terlalu dekat bahkan banyak yang saling bersentuhan, tanah pada lereng pasangan batu diduga tidak dilakukan pemadatan dan didatarkan, diduga pekerjaan pasangan batu pada lerengnya langsung di atas tanah.
Menariknya dari sejumlah pemberitaan yang mengulas ambruknya proyek pengendalian banjir ini, pihak kontraktor sepertinya mengklaim lining yang hancur murni akibat banjir hanya sepanjang 10 meter.
Terkait hal itu, PPK kegiatan Syatriawan ketika dikonfirmasi via WhatsApp enggan memberikan jawaban. Sementara Kasatker SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air WS-IAKR BWSS V Padang, Yusma Elfita yang dikonfirmasi via WhatsApp sekitar pukul 15.43 WIB, Jum'at (18/2/2020) cepat merespon konfirmasi dari gemamedianet.com.
Hanya hitungan menit sekitar pukul 15.44 WIB, Yusma Elfita segera memberi respon. Meski dia meminta waktu sesaat, karena masih rapat di lapangan.
"Salam kenal pak. Sebentar kami jawab ya pak, kebetulan lagi rapat di lapangan," jawabnya singkat.
Sekitar pukul pukul 20.11 WIB, pesan WhatsApp gemamedianet.com kembali berbunyi. Setelah dicek pesan itu datang dari Yusma Elfita.
Terpisah, Pengamat Kontruksi Dharma ST menilai, jika spektek lining yang hancur sepanjang 42 meter itu sama dengan sisanya 758 meter, ada kekhawatiran terhadap kekuatan lining tersebut akan bertahan di masa berikutnya.
"Ancaman ambruk terhadap lining tersisa itu ada potensi. Ada dugaan sejak awal pembangunan kurang memperhitungkan ketahanan bangunan ketika diterjang arus deras atau banjir. Apalagi posisi bangunan yang dibangun sebagian dari panjangnya berada di belokan sungai. Yang artinya, terjangan arus sungai dipastikan cukup kuat," ujarnya.
Tentu, spekteknya sejak awal dibedakan dengan perkuatan maksimal. Situasi lapangan seperti kontur tanah, sifat dan luasan proyek penting jadi pertimbangan.
Sementara kontraktor pelaksana ketika dikonfirmasi melalui humasnya Riyo baik melalui telepon seluler maupun pesan WhatsApp, hingga berita ini diturunkan enggan memberikan jawaban terkait dugaan hancurnya proyek pengendalian banjir.
Seperti diketahui, Proyek Pengendalian Banjir yang menghabiskan anggaran miliaran itu sangat dibutuhkan masyarakat, namun proyek yang berada di bawah Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V Padang itu belum dirasakan manfaatnya karena terlanjur roboh akibat banjir tak lama selesai dibangun dan diPHO. (pd/ab/mz)
0 comments:
Posting Komentar