PURWOREJO, (GemaMedianet.com) | Warga sekitar Desa Wadas Purworejo, Jawa Tengah menolak penambangan batu untuk material urug Bendungan Bener. Bentrokan terjadi di lokasi.
"Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik PB PMII mengecam tindakan represif terhadap Warga Wadas Penolak Tambang," ungkap Ahmad Latif saat di wawancarai.
Warga Desa Wadas yang sedang mempertahankan tanah dan ruang hidupnya dari kerusakan lingkungan mendapatkan kekerasan dan represif dari aparat keamanan. Dimana warga sekitar menghadang rencana sosialisasi pematokan lahan, diproyeksikan akan dijadikan lokasi pertambangan quarry batuan andesit sebagai bahan material Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Bener.
Menurut Ahmad Latif, Proyek pembangunan Bendungan Bener tersebut ke depan sangat mengebiri dan merampas hak serta ruang hidup warga, mata pencaharian, dan ekosistem. Aktivitas pertambangan akan mengeruk bukit dan berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan, serta mendatangkan bencana alam.
"Di sisi lain, proyek tambang yang akan dioperasikan di Desa Wadas tidak mempunyai AMDAL," ungkap Ahmad Latif.
Dia menyebut, tindakan yang dilakukan oleh aparat kepolisian merupakan suatu bentuk pelanggaran HAM, dan perampasan ruang hidup yang dilakukan telah memangkas konstitusi.
"Seperti yang kita ketahui bersama bahwa dalam UUD 1945 Pasal 28 a : “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya,” terang Ahmaf Latif.
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) secara implisit mengatakan, rakyat memiliki kedaulatan penuh untuk mengelola sumber daya alam.
Padahal, dalam putusan Nomor 91/PUU-XVIII/2020 Tentang pengujian formil Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja mengamanatkan untuk menangguhkan segala hal, baik berupa tindakan maupun juga kebijakan yang bersifat strategis dan berdampak luas.
"Dengan demikian, pembangunan Bendungan Bener dan segala perangkat pendukungnya harus dihentikan secara cepat dan tegas. Jangan lagi ada tragedi perampasan hak-hak rakyat, dan merugikan rakyat dengan cara apapun," tegas Ahmad Latif.
Latif sapaan akrabnya, melanjutkan, bahwa atas nama rakyat, Warga NU, dan PB PMII, pihaknya meminta Kapolda Jateng untuk segera membebaskan warga Wadas yang ditahan.
Dia juga meminta kepada Gubernur Jateng untuk menunda pengukuran baik yang sudah disetujui rakyat maupun yang belum setuju atas nama rakyat dan atas nama warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sampai selesai bermusyawarah, dan menghindarkan clash antara rakyat dengan aparat Negara.
Latif memberikan saran kepada pihak aparat Negara, "Bebaskan 60 warga yang ditahan, termasuk keluarga/kader PMII. Sebelum lonjakan dan amarah rakyat makin melonjak," tutupnya. (r)
0 comments:
Posting Komentar