PADANGPANJANG, (GemaMedianet.com) — Fatmi (50), Verawati (40) dan Irma (35) tidak menyangka akan dapat berbicara langsung dengan walikota. Awalnya, mereka hanya melihat jauh ketika Fadly Amran Datuak Paduko Malano tiba di Kantor Lurah Kampung Manggis untuk melihat-lihat penyaluran Bansos tunai tahap lima, Kamis (23/12/2020) pagi.
Bayangan mereka, pak wali (begitu mereka menyebutnya, red) akan langsung masuk ke kantor lurah, melihat proses penyaluran bantuan yang satu-satunya di Sumbar sudah sampai ke tahap lima ini. Yang terjadi, mereka bertiga dihampiri pak wali. Ditanyai kabar dan kondisi mereka.
Ada kesempatan serupa itu, Irma dan Fatmi malah berkeluh kesah. Mumpung yang ada di depan mereka tidak sedang buru-buru dan siap mendengar cerita mereka.
Fatmi yang buka suara pertama. Warga RT 2 Kampung Manggis itu, mengeluhkan betapa mahalnya biaya sekolah di musim pandemi ini. Yang dimaksud Fatmi adalah mengenai pembelian paket kuota internet untuk dua anaknya yang belajar daring (dalam jaringan alias online-red). "Tiok sabanta paket habih, Pak Wali," ceritanya.
Fatmi juga mengeluhkan adanya uang yang harus dibayarkan ke SMA tempat dua anaknya menimba ilmu. Setelah ditelisik dan digali infonya oleh Pak Wali, ternyata uang yang dimaksud Fatmi ini adalah sumbangan yang berdasarkan kesepakatan komite sekolah.
Masih soal sekolah, Irma lebih tajam dalam memberikan saran ke Fadly. "Pak Wali, bantu jugalah para pemilik kantin di sekolah untuk mendapat bantuan UMKM seperti usaha kecil lainnya yang mendapat Rp 2 juta itu," katanya tanpa tedeng aling-aling sembari menceritakan kondisi riil yang dihadapinya.
Sementara Verawati hanya diam menyimak pembicaraan warga dan walikotanya itu. Mungkin apa yang akan disampaikannya, sudah terwakili dari uneg-uneg kedua kawannya tersebut.
"Soal bantuan untuk pemilik kantin sekolah, kami upayakan untuk bantuan selanjutnya. Cuma saat ini, kan anak-anak belum sekolah. Jadi kami utamakan dulu usaha-usaha kecil yang usahanya sedang berjalan namun terimbas pandemi. Kalau untuk pemilik kantin, dibantu melalui BLT saja dulu," jawab Fadly diikuti anggukan Irma. Sepertinya dia bisa memahami soal skala prioritas bantuan ini.
"Mengenai uang sekolah, dan kebetulan SMA adalah kewenangan Dinas Pendidikan Provinsi, nanti kami telusuri. Cuma yang pasti, biasanya ada kesepakatan komite sekolah dalam kebijakan seperti itu," terangnya ke Fatmi.
Fatmi paham, Irma mahfum, Verawati diam. Lumayan lama juga mereka berdiskusi dengan Fadly. Berdiri di gerbang kantor lurah yang masuk wilayah administratif Kecamatan Padang Panjang Barat itu.
Karena merasa cukup dan lawan bicaranya puas, Fadly pun pamit masuk ke dalam area kantor lurah. Disambut jawaban terima kasih dari lawan bicaranya tadi.
Kominfo coba mendekati Verawati yang diam saja sedari tadi. Ditanya kenapa dia tidak ikutan nimbrung menyampaikan aspirasi, jawabnya simpel saja.
"Lah sanang hati kami, mandanga kecek Pak Wali." (*)FATMI (50), Verawati (40) dan Irma (35) tidak menyangka akan dapat berbicara langsung dengan walikota. Awalnya, mereka hanya melihat jauh ketika Fadly Amran Datuak Paduko Malano tiba di Kantor Lurah Kampung Manggis untuk melihat-lihat penyaluran Bansos tunai tahap lima di lokasi itu, pagi tadi (23/12/2020).
Bayangan mereka, Pak Wali --begitu mereka menyebutnya--, akan langsung masuk ke kantor lurah, melihat proses penyaluran bantuan yang satu-satunya di Sumbar sudah sampai ke tahap lima ini. Yang terjadi, mereka bertiga dihampiri Pak Wali. Ditanyai kabar dan kondisi mereka.
Ada kesempatan serupa itu, Irma dan Fatmi malah berkeluh kesah. Mumpung yang ada di depan mereka tidak sedang buru-buru dan siap mendengar cerita mereka.
Fatmi yang buka suara pertama. Warga RT 2 Kampung Manggis itu, mengeluhkan betapa mahalnya biaya sekolah di musim pandemi ini. Yang dimaksud Fatmi adalah mengenai pembelian paket kuota internet untuk dua anaknya yang belajar daring (dalam jaringan alias online-red). "Tiok sabanta paket habih, Pak Wali," ceritanya.
Fatmi juga mengeluhkan adanya uang yang harus dibayarkan ke SMA tempat dua anaknya menimba ilmu. Setelah ditelisik dan digali infonya oleh Pak Wali, ternyata uang yang dimaksud Fatmi ini adalah sumbangan yang berdasarkan kesepakatan komite sekolah.
Masih soal sekolah, Irma lebih tajam dalam memberikan saran ke Fadly. "Pak Wali, bantu jugalah para pemilik kantin di sekolah untuk mendapat bantuan UMKM seperti usaha kecil lainnya yang mendapat Rp 2 juta itu," katanya tanpa tedeng aling-aling sembari menceritakan kondisi riil yang dihadapinya.
Sementara Verawati hanya diam menyimak pembicaraan warga dan walikotanya itu. Mungkin apa yang akan disampaikannya, sudah terwakili dari uneg-uneg kedua kawannya tersebut.
"Soal bantuan untuk pemilik kantin sekolah, kami upayakan untuk bantuan selanjutnya. Cuma saat ini, kan anak-anak belum sekolah. Jadi kami utamakan dulu usaha-usaha kecil yang usahanya sedang berjalan namun terimbas pandemi. Kalau untuk pemilik kantin, dibantu melalui BLT saja dulu," jawab Fadly diikuti anggukan Irma. Sepertinya dia bisa memahami soal skala prioritas bantuan ini.
"Mengenai uang sekolah, dan kebetulan SMA adalah kewenangan Dinas Pendidikan Provinsi, nanti kami telusuri. Cuma yang pasti, biasanya ada kesepakatan komite sekolah dalam kebijakan seperti itu," terangnya ke Fatmi.
Fatmi paham, Irma mahfum, Verawati diam. Lumayan lama juga mereka berdiskusi dengan Fadly. Berdiri di gerbang kantor lurah yang masuk wilayah administratif Kecamatan Padang Panjang Barat itu.
Karena merasa cukup dan lawan bicaranya puas, Fadly pun pamit masuk ke dalam area kantor lurah. Disambut jawaban terima kasih dari lawan bicaranya tadi.
Kominfo coba mendekati Verawati yang diam saja sedari tadi. Ditanya kenapa dia tidak ikutan nimbrung menyampaikan aspirasi, jawabnya simpel saja.
"Lah sanang hati kami, mandanga kecek Pak Wali." (Maryulis Max)
0 comments:
Posting Komentar