PRANCIS, (GemaMedianet.com) — Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan status lockdown atau isolasi secara nasional, menyusul meningkatnya angka kematian pasien terinfeksi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Wilayah Prancis berlaku status lockdown mulai hari Jumat (30/10/2020) besok. Seperti disiarkan Euronews, Presiden Macron memberlakukan status lockdown, namun sekolah tetap buka.
Selain Prancis, Jerman juga memberlakukan status lockdown secara nasional. Status ini akan berlaku sebulan, isolasi secara nasional Prancis berlangsung sampai 1 Desember 2020.
Penerapan lockdown, warga Prancis harus mematuhi beberapa poin diantaranya mematuhi perintah "di rumah saja" kecuali untuk olahraga satu jam setiap hari, berobat, atau membeli bahan pokok.
Di masa lockdown ini, restoran dan bar ditutup. Begitupula toko yang dianggap tidak menjual barang kebutuhan pokok.
Larangan bepergian ke berbagai wilayah di Prancis diberlakukan. Otoritas Prancis juga menutup sejumlah perbatasan.
Kegiatan perkuliah di perguruan tinggi, kembali menerapkan pengajaran secara daring (online). Setiap warga yang meninggalkan rumah harus membawa dokumen yang menegaskan keperluan mereka, dan bakal diperiksa oleh polisi.
Macron mengatakan, status lockdown dilakukan kembali untuk menngantisipasi penambahan kasus kasus COVID-19 meningkat cepat di sejumlah wilayah.
Aturan lockdown COVID-19 ini, merupakan pandemi gelombang kedua COVID-19 yang dikhawatirkan bakal "lebih berat dan mematikan" dibanding sebelumnya.
Hingga Kamis (29/10), data Badan Kesehatan Dunia WHO melalui www.worldometers.info/.. Prancis telah mencatatkan 35.785 kasus kematian, dengan total kasus terkonfirmasi positif terinfeksi COVID-19 mencapai 1,235,132 orang.
Siang, Rabu malam waktu setempat, Prancis sudah melaporkan 36.437 kasus. Meningkat dibanding 33.417 pada Selasa (27/10).Pada Selasa, otoritas kesehatan di sana mencatatkan 523 korban meninggal corona, yang merupakan statistik tertinggi sejak April. Sebagai gambaran betapa Presiden Presiden Macron memprediksi, untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) mereka harus mengalami 400.000 kematian.
Selain Prancis, Jerman melalui Kanselir Angela Merkel juga mengumumkan lockdown selama empat pekan dimulai pada 2 November.
Selain memberlakukan pembatasan terhadap warganya, Jerman menutup hotel bagi wisatawan. Ini dikecualikan untuk menginap jika "ada alasan yang sangat mendesak".
Boikot Produk Prancis
Pemberlakuan status lockdown secara nasional di Prancis ini, terjadi di tengah memburuknya hubungan Prancis dengan beberapa Negara Islam di Timur Tengah. Saat ini, sejumlah Negara memberlakukan boikot terhadap seluruh produk Perancis.
Bahkan, hubungan Presiden Macron dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meruncing, pasca-terbunuh seorang guru sekolah menengah di pinggiran kota Prancis, dua pekan lalu.
Presiden Macron dalam menanggapi kejadian itu, dinilai kontraproduktif karena dinilai melecehkan nilai-nilai Islam. Kemarahan Presiden Erdogan bertambah setelah majalah satir Charlie Hebdo terbitan 28 Oktober, pada halaman muka memuat karikatur Presiden Erdogan.
Kartun itu menggambarkan seseorang –mirip Erdogan—sedang santai mengenakan kaos di tempat tidur. Turki mengecam karikatur Charlie Hebdo itu, cabul dan menghina presiden. Cover majalah itu menampilan karikatur Erdogan berperilaku cabul.
Presiden Erdogan, seperti disiarkan jaringan televisi Euronews.com, Kamis (29/10) menyerukan warga Turki boikot semua produk Perancis. Seruan boikot produk asal Prancis itu juga dilakukan sejumlah negara Arab di Timur Tengah.
Seruan boikot itu sebagai reaksi atas sebutan kata-kata Presiden Macron terhadap kematian seorang guru “teroris Islam”. Macron mengatakan, menggambarkan Nabi Muhammad SAW sebagai kartun, bukan hal yang salah. Macron menyampaikan sikap itu itu atas kematian guru dan pelakunya telah ditembak mati.
Guru itu bernama Samuel Paty (28) dipenggal saat pulang mengajar. Guru tersebut membuat kemarahan orangtua murid, setelah Guru Paty menggunakan kartun Charlie Hebdo yang menggambarkan Nabi Muhammad.
Paty diserang setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas. Membahas kartun karya Charlie Hebdo, sebagai pelajaran kebebasan berekspres.
Sementara, Yordania, Pakistan, Mesir, dan Iran, termasuk di antara Negara Islam yang mengutuk Perancis atas membela karikatur Nabi Muhammad dalam Charlie Hebdo, dan sikap Macron.
Sementara, Pemimpin Eropa lainnya, mendukung Presiden Macron, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel. Pemimpin Yunani dan Austria juga menyatakan mendukung Presiden Macron. (*)
0 comments:
Posting Komentar