PADANG, (GemaMedianet.com) — Hari Jadi Provinsi (HJP) Sumatera Barat (Sumbar) yang jatuh pada 1 Oktober tahun ini, menandai usia ke 75 tahun Sumbar sebagai satu kesatuan wilayah administratif.
Menariknya, HJP yang sudah dikukuhkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2019 ini, sekaligus menjadi momentum penyadaran sebagai bangsa untuk tetap waspada.
Karena justeru bersamaan pada tanggal yang sama juga merupakan Hari Kesaktian Pancasila setelah bangsa menghancurkan Gerakan 30 September PKI (G.30 S/PKI).
Hal itu disampaikan Dr Yulizal Yunus Datuk Rajo Bagindo, M.Si, BA yang tampil sebagai pembicara pada rapat paripurna istimewa DPRD Sumbar Dalam rangka peringatan HJP ke 75, Jum'at (1/10/2020).
Sejarawan Minangkabau dan Sejarawan Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang ini mengatakan, peringatan HJP satu diantara manfaatnya adalah mempertegas pengukuhan identitas.
Identitas sebuah wilayah, sebutnya, dipastikan kontribusi nilai sejarah dari berbagai perspektif.
Sumbar menurutnya, justeru mengemban beban sejarah besar bangsa. Diketahui, pada pilar-pilar sejarah Sumbar pada basis sosio-kultural Minangkabau dan kultur suku lainnya yang berakulturasi dan berasimilasi mengekspilitkan banyak identitas daerah.
Diantara identitas Sumbar itu, kata Yulizal Yunus, ada lima identitas masyarakat Sumbar dilihat dari beberapa pilar sejarah.
Pertama, kuat menganut prinsip dasar ketuhanan yang memayungi semua kepentingan manusia dan rakyat serta mendasari kemurnian akidah dan kesehatan mental ideologi.
Kedua, benteng terakhir ketahanan NKRI yang berdasarkan Pancasila dari ancaman rong-rongan segala bentuk penjajahan yang ingin kembali meruntuhkan kedaulatan.
Ketiga, persemaian bibit pemimpin bangsa, ulama, politisi, negarawan sebagainya.
Keempat, role model pemerintahan dengan kekuatan identitas kekeluargaan, dan saling tolong menolong serta sistem permusyawaratan perwakilan.
Kelima, Safety valve (katup penyelamat) konflik kemajemukan kultural, religi dan politik.
Oleh karena itu, lanjut Yulizal Yunus, fenomena apa saja yang nada-nadanya mengusik identitas dan meremehkan Sumbar, dipastikan sensifitas masyarakatnya akan meresponnya Sebelumnya, soal Sumatera Barat dan Kadrun yang sangat mengusik identitas dan prinsip dasar.
"Syukur respon itu senantiasa dengan kecerdasan emosional (rasa, emotional quotient) dan kecerdasan intelektual (pareso, intelligence quotien) mengacu nilai petiti, yakni rasa dibao naik -pareso dibao turun)," tuturnya.
Selain Yulizal Yunus, dalam rapat paripurna istimewa yang dipimpin langsung Ketua DPRD Sumbar Supardi itu juga menghadirkan dua pembicara yang menyampaikan pokok-pokok pikirannya, yakni mantan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) DR. H. Gamawan Fauzi, SH, MM, dan Gubernur Sumbar dua periode Prof Irwan Prayitno. (UK1)
Selain Yulizal Yunus, dalam rapat paripurna istimewa yang dipimpin langsung Ketua DPRD Sumbar Supardi itu juga menghadirkan dua pembicara yang menyampaikan pokok-pokok pikirannya, yakni mantan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) DR. H. Gamawan Fauzi, SH, MM, dan Gubernur Sumbar dua periode Prof Irwan Prayitno. (UK1)
0 comments:
Posting Komentar