Hariyanto, SS, SH St Malin Mudo
(Ketua Dewan Pembina Panti Asuhan &
Rumah Tahfidz Al Fath Tauhid
Ketua DPD Isafat Kota Padang)
Dalam menghadapi wabah Pandemi Virus Corona Deseases atau Covid-19, banyaknya regulasi diluncurkan pemerintah. Sehingga membuat semua aktifitas diliburkan atau dialihkan ke rumah (stay at home) atau kerja dari rumah (work from home). Baik itu, kegiatan belajar mengajar dari SD sampai ke perguruan tinggi, pekerjaan kantor dan lainnya.
Ditambah memasuki masa Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB), membuat semua sektor lumpuh total. Tentunya berdampak dengan perekonomian dan bermuara pada pendapatan masyarakat.
Ditambah memasuki masa Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB), membuat semua sektor lumpuh total. Tentunya berdampak dengan perekonomian dan bermuara pada pendapatan masyarakat.
Di masa PSBB dan menghadapi wabah Covid-19 ini, tidak banyak yang bisa dilakukan, bantuan yang sudah digagas, siang dan malam oleh anggota dewan serta dinas terkait membicarakan soal pendataan.
Namun, sudah hampir memasuki bulan kedua Sumatera Barat (Sumbar) dilanda pandemi wabah Covid-19 dan hampir habisnya masa PSBB tersebut, namanya bantuan tak kunjung tersalurkan sampai ke tangan warga.
Baca Juga : Ketika "Hati" M Fikar Datuk Rajo Magek Melintasi Seberang Padang
Berangkat dari semakin menderitanya penderitaan masyarakat, banyak organisasi masyarakat, kelompak bahkan pribadi orang perorangan terpanggil jiwanya, terenyuh hatinya. Sehingga dengan rasa empati yang tinggi mereka turun tangan saling merangkul untuk berbagi. Berbagi itu indah, tak selamanya berbagi itu kaya, namun sebuah panggilan jiwa.
Berangkat dari semakin menderitanya penderitaan masyarakat, banyak organisasi masyarakat, kelompak bahkan pribadi orang perorangan terpanggil jiwanya, terenyuh hatinya. Sehingga dengan rasa empati yang tinggi mereka turun tangan saling merangkul untuk berbagi. Berbagi itu indah, tak selamanya berbagi itu kaya, namun sebuah panggilan jiwa.
Ya, sebut saja sosok Irwan Basir Datuk Rajo Alam dan M. Fikar Datuk Rajo Magek, duo tokoh masyarakat Kuranji ini saling bersinergi berbagi, berbuat terpanggil hatinya turun ke bawah di tengah- tengah pandemi. Tak kenal lelah yang mendera, siang malam tak hentinya berbuat dan berbagi. Bahkan waktunya banyak di lapangan ketimbang bersama keluarga.
Sikap dan perbuatan positif dan berbagi yang bersumber dari biaya pribadinya itu pun bahkan ada juga pihak yang menuding yang bukan-bukan. Hujatan, cemoohan, pandangan sinis maupun miring menerpa kepada niat baik Duo Datuk ini.
Dengan sikap seorang pemimpin dan panutan adat dengan santai beliau menyikapi, namun riak itu akhirnya pecah jua di batu karang dihempas angin dan ombak kencang. Sekali lagi, dengan nilai seni yang tinggi memimpin, sehingga tidak ada benang kusut yang tak terurai, selagi dengan kepala dingin dan jiwa yang tenang, semua permasalahan bisa terselesaikan.
Namun banyak jua pujian, motifasi bahkan jadi inspirasi bagi sebahagian orang. Perlu diingat, jangan salah menilai, jangan ada suudzon, jangan ada dusta diantaranya. Mestinya dalam situasi kondisi saat ini saling merangkul, berfikiran positiflah membuat kita jadi besar, jadi kuat dan bersatu.
Hilangkan sak sangka, jika belum mampu dan mau untuk berbagi lebih baik diam, mendoakan bahkan mensupportnya, bukan sebaliknya. Semoga jadi inspirasi, jadi renungan dan jadi pembelajaran buat kita semua, terakhir memberi tidak mesti menunggu kaya, menjadi orang hebat dan besar atau orang terpandang, namun memberi itu panggilan jiwa. (*)
0 comments:
Posting Komentar