(GemaMedianet.com) — Tak sepatah pun kata terucap mengenai baliho para Bakal Calon Bupati yang berjejeran di sekian titik, sekitaran ruas jalan Kabupaten Solok. Nyaris tak berjeda, seakan semua kandidat berpacu saling diperkenalkan oleh gambar dirinya di pandangan orang orang yang berlalu lalang.
Apakah itu aneh? Tentu tidak. Dalam kaidahnya, sebuah baliho merupakan salah satu alat peraga yang handal untuk menyampaikan pesan. Salah satunya, kampanye.
Perjalanan menuju Kabupaten Solok didukung oleh cuaca yang sangat cerah Sabtu ini (22/2/2020).
Awak media berkendara memakan waktu kurang lebih setengah jam meninggalkan Kota Padang menuju Kabupaten Solok. Tepatnya, usai melewati pendakian yang dikenal dengan nama Sitinjau Laut.
Jejeran baliho mulai tampak dengan manuver desain dan tag line menarik, semua gambar itu menyampaikan pesan akan membangkitkan Kabupaten Solok.
Tapi, ada yang menarik dari salah satu baliho Balon Bupati tersebut. Yakni, Hendra Saputra – Mahyuzil Rahmat. Ketika itu, awak media berhenti untuk istirahat sejenak di sebuah warung tepat di depan balihonya.
Belum lama terhenyak duduk di bangku, salah seorang wartawan bernama Akmal sontak bertanya kepada seorang Ibu penjaga warung tersebut.
“Ibu kenal dengan bapak bapak yang ada di baliho depan ini,” tanya Akmal sembari menunjuk ke arah baliho Hendra – Mahyuzil.
“Kenal Pak, salah satu dari beliau adalah buya kita. Seorang guru yang banyak mengajarkan ilmu agama dan kebaikan hidup kepada murid muridnya. Kami sangat kenal Pak,” jawab Ibu itu sambil mengantarkan kopi kami.
Di warung itu juga ada seorang bapak tua bernama Kairul, yang tengah duduk lebih dulu sebelum kedatangan kami. Lalu, bapak itu ikut mengangguk anggguk mendengar percakapan Akmal, sepertinya dia pun mengerti apa yang sedang jadi topik pembicaraan.
Lantas, Kairulpun ikut ditanyai. “Bapak juga kenal dengan kedua orang yang ada di dalam baliho itu,” tanya wartawan.
“Sangat kenal Pak, bahkan saya dekat dengan beliau,” jawab Kairul yang bekerja sebagai petani.
“Hendra – Mahyuzil itu sudah menjadi tokoh bagi kami, jauh hari sebelum gambarnya dipajang,” ungkapnya.
Diakui Kairul, bahwa baliho tersebut dipasang oleh kemenakannya sendiri yang merupakan salah seorang tokoh pemuda di daerahnya.
“Baliho ini dipasang atas kemauan kami dan tanpa dimintai biaya kepada Buya. Sebab, kami ikhlas dan sangat mendukung buya untuk memimpin daerah kami,” tandas Kairul.
Tak lama kemudian, awak media melanjutkan perjalananya ke daerah Sukarami, Kabupaten Solok. Membawa sebuah pertanyaan tentang “apa keunggulan dari kandidat yang mencalonkan diri melalui jalur independen?.”
Yaitu, Hendra Saputra yang berpasangan dengan Buya Mahyuzil Rahmat.
Tak lama berselang, awak media pun telah sampai di rumah Sukrawardi salah seorang pendukung sekaligus orang terdekat Hendra – Mahyuzil.
Obrolan silaturahmi berlangsung sesaat sebelum sesi wawancara yang akan dilakukan. Suara seruputan kopi bergantian terdengar dari bibir para wartawan berulas keakraban. Sebab, Sukrawardi memiliki kepribadian terbuka dan sangat ramah. Raut wajah gembira yang ia pancarkan kala menyambut kedatangan awak media. Tulus bersikap lalu pandai bersahut, itulah gambaran dirinya. Padahal, ia pun belum tahu bahwa ada kemungkinan bakal tersedak dengan pertanyaan yang akan diutarakan wartawan setelah itu.
Setelah kondusif, percakapan pun mulai terlihat serius. Untung saja ruangan terasa sejuk oleh terpaan angin menyepoi, ditambah lagi dengan suhu udara Kabupaten Solok yang dingin. Suasana pun terasa sangat nyaman untuk berdiskusi.
“Apa yang mendasari Hendra – Mahyuzil untuk ikut serta dalam bursa kepemimpinan Kabupaten Solok ini?,” selongsong salah seorang awak media bertanya kepada Sukrawardi.
“Permintaan kami sebagai jemaah dan orang terdekat beliau,” jawab pria paruh baya itu tersenyum.
“Lalu, apa motivasinya para jemaah inginkan ke dua tokoh ini menjadi pemimpin daerah?,” sambung awak media.
“Kami ingin baik, inginkan negeri berakhlak, negeri yang pintar, negeri yang maju, negeri yang makmur dan negeri yang siap dalam memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Di tangan mereka (Hendra – Mahyuzil), semuanya itu ada. Sebab, selain dari ilmu agamanya yang dalam, buya kami itu juga memiliki kompetensi baik di bidang birokrasi maupun sosial kemasyarakatan,” papar Sukrawardi
Selanjutnya, dia juga menjelaskan alasan untuk memilih jalur independen ketimbang alur partai politik.
“Jadi, kami kira itu cukup untuk menjadikan mereka sebagai pemimpin di negeri ini. Makanya, kami hanya ingin maju melalui jalur independen, karena kami merasa beban yang akan dihadapi oleh buya kami hanyalah bagaimana menjadikan daerah yang hebat tanpa ada beban politik lainnya,” jelas Sukra. Bersambung…
Penulis : Awan
(Pemerhati Politik)
(Pemerhati Politik)
0 comments:
Posting Komentar