TAKENGON, (GemaMedianet.com) — Jika di Padang, Sumatera Barat ada kisah tragis anak manusia, Malin Kundang yang melegenda dikutuk jadi batu karena durhaka pada ibunya. Kisah serupa juga terjadi Takengon, Aceh Tengah. Yakni kisah Putri Pukes yang kemudian jadi Patung batu di Goa Pukes akibat terkena kutukan karena tidak mengindahkan ucapan bunda tercinta.
Legenda ini terjadi di Takengon, Desa Mandale Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah ini terletak di sebuah goa kecil di atas bukit. Ada beberapa anak tangga yang harus dilewati untuk sampai ke mulut goa.
Tempat ini hingga sekarang masih sering dikunjungi para wisatawan yang ingin mengetahui kisah misteri masa lampau itu, bahkan pada hari libur tempat ini ramai didatangi wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia.
Dari Kota Banda Aceh ke Takengon dapat ditempuh dengan waktu 6-7 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Lokasinya berada tepat di jalan lintas Takengon - Blang Kejeren.
Kawasan wisata Takengon ini memang menyimpan banyak kisah legenda masa lalu yang menarik untuk diketahui mulai dari cerita Loyang Karo, Kendi yang menjadi batu, Putri Hijau sampai pada cerita Puteri Pukes yang menjadi patung batu.
Selain Batu Putri Pukes di Takengon juga terdapat sebuah danau bernama Danau Air Tawar yang menyuguhkan pemandangan alam yang luar biasa indahnya. Banyak warga sekitar yang memancing ikan di danau ini, dan ada pula yang bersantai di sekitar danau sambil menikmati panorama alamnya.
Mengenai kisah Puteri Pukes ini konon pernah terjadi di masa lampau hanya saja dengan versi cerita berbeda yang berawal dari pernikahan seorang putri yang cantik nan jelita dengan seorang pangeran tampan yang dicintainya. Konon pernikahan itu tidak direstui Ibunda sang Putri, sehingga harus berakhir dengan petaka.
Namun dalam versi lain Sang Putri terkena kutukan lantaran menendang Ibunya saat sedang sholat. Pada saat itu ia sedang galau karena menunggu suami tercintanya yang tidak kunjung pulang dari peperangan. Sudah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun waktu berlalu, namun tidak ada kabar pasti tentang suami tercinta.
Mengetahui putrinya yang selalu dirundung kesedihan, seperti biasa Ibunya datang ke rumah Pukes, tempat ia tinggal bersama sauminya dan selalu memberi nasehat seperti pada umumnya dilakukan seorang ibu terhadap anaknya tercinta.
Namun sang puteri yang sudah sangat rindu pada suaminya tidak pernah menggubris setiap ucapan yang keluar dari mulut ibunya bahkan ia hanya diam dan menangis dengan penuh harap agar sang suami kembali datang kepangkuannya dengan selamat.
Suatu ketika Ibunya datang kembali dan membujuk Pukes untuk bisa melupakan suaminya dan meyakinkan bahwa suminya tida akan kembali karena sudah bertahun-tahun tidak ada kabar beritanya, Pukes yang tidak terima dengan bujukan itu akhirnya merasa terganggu atas kehadiran sang Ibu yang seakan memutus harapannya untuk bisa bertemu kembali dengan sang suami tercinta.
Untuk menumpahkan kekesalannya akhirnya Pukes bertindak di luar nalar, kemudian menendang Ibunya saat sedang sholat. Saat itulah sang ibu merasa apa yang dilakukan anaknya sudah tidak pantas, sehingga berdoa kepada yang maha kuasa agar memberi pelajaran pada anaknya. Doa itupun akhirnya dikabulkan, sehingga membuat Pukes berlahan-lahan berubah menjadi batu.
Dalam kisah lain, konon pernikan itu memang tidak mendapat restu dari sang ibu, tentu dengan alasan tertentu yang mungkin saja salah satunya akan menyebabkan anaknya tidak bisa hidup bahagia jika pernikan dengan sang pangeran itu dilanjutkan, termasuk ketidak pulangan suaminya selama bertahun-tahun. (*/dbs)
0 comments:
Posting Komentar