Oleh: Micke Samudra
SIJUNJUNG, (GemaMedianet.com)—“Ingin mengenang masa lalu dalam kehidupan Ranah Minang, bermalamlah di Kampung Adat”. Sebuah ungkapan bagi orang-orang sekembalinya dari tempat wisata Rumah Gadang di Kampung Adat Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat.
Makan bajamba, tidur beralaskan padi dan alat-alat tenun yang terpajang rapi ketika kita menaiki Rumah Gadang. Jika kita lirik mata ke dinding terpajang foto Bundo Kanduang dan Ninik Mamak pemilik Rumah Gadang tersebut. Tak ada yang barang-barang moderen seperti Kompuer, AC, ataupun elektronik lainnya, hanya tiang-tiang kokoh dan beberapa pintu kamar yang tak berdaun pintu berjejer terukir indah.
Rangkiang menjulang ke langit cerah di setiap Rumah Gadang yang ada di sepanjang jalan kampung adat itu. Begitu juga halaman yang luas yang ditumbuhi pepohonan terawat dengan rapi, melepaskan kesejukan mata memandang serasa mengingat kita di kampung halaman sendiri.
Dengan jarak tempuh lebih kurang 110 kilometer dari pusat Kota Padang, untuk sampai di Kabupaten Sijunjung dan diperkirakan 800 meter dari Jalur Lintas Sumatera. Jika kita pergi berombongan dengan bus atau pribadi, namun bepergian dengan sendiri pun kita bisa menaiki ojek yang ada di sekitar gerbang atau gapura masuk Kecamatan Sijunjung yang terletak di pinggir Jalan Lintas Sumatera dan jalan kaki pun bisa sambil melihat keindahan alamnya.
Patung puteri yang berpakaian adat berdiri kokoh di simpang tiga manandakan kita telah berada di kampung adat yang melambangkan kentalnya adat dan tradisi daerah tersebut. Jalan aspal yang bersih enak ditempuh dengan berjalan kaki dan enjoy dengan berkendaraan roda empat.
Mata terkesima melihat beragam rumah gadang dengan warna yang berbeda- beda.
67 rumah gadang dan enam suku yang berada dalam kampung adat tersebut sudah tertata rapi dan masyarakatnya pun ramah kepada setiap tamu yang berkunjung ke tempat tersebut, sehingga terasa nyaman untuk berwisata ke kampung adat tersebut.
“Kami masyarakat kampung adat dilayani dengan ramah semaksimal mungkin untuk berwisata ke kampung kami. Apalagi yang menginap untuk menikmati tinggal di Rumah Gadang, dan harapan masyarakat kampung adat, pemerintah ikut serta memperhatikan tempat wisata ini, untuk menambah pendapatan asli daerah,” ungkap Fitri, Koordinator Kampung Adat. Sabtu (6/10/2018).
Bagi masyarakat yang hobi berwisata ke kampung adat, bisa menginap dengan tarif Rp.200.000,- per malamnya baik per orang maupun rombongan, dan untuk makan per orang Rp.18.000,- sampai Rp.20.000,- per porsi," jelasnya.
Tak ada rumah makan, dan begitu juga tempat shoping, kita hanya menikmati kehidupan sebuah kampung dan makan dengan menu ala kampung. Malam pun terasa sunyi dengan bunyi Jangkrik dan udara yang sejuk. Kita hanya bisa melihat halaman yang gelap, sebab pemerintah belum bisa memberi lampu penerangan jalan, meskipun masyarakat setempat telah membayarnya tiap bulan.
Maka kalau malam tiba, hidangan makan tersedia dan menyantapnya dengan lahap sampai keringat bercucuran hidangan menu ala kampung, Jengkol Batokok, Goreng Patai dan Tumisan Sayur, diiringi dengan Samba Lado, terasa nikmat makan dengan duduk bersila bersama.
Lalu kita hanya bisa bercerita di ruang besar Rumah Gadang sambil menunggu ngantuk. Jika kita hempaskan tubuh di atas tempat tidur beralaskan Padi yang diyakini sebagai obat kelelahan sehabis bekerja siang hari, maka kita hanyut dalam mimpi indah di kampung adat. (*)
0 comments:
Posting Komentar