(GemaMedianet.com) - Umar Bin Khattab, kaum muslim mengenalnya sebagai salah seorang sahabat dekat Rasulullah Muhammad Shallaahu Alaihi Wassalaam. Salah seorang Al-Khulafa’ ar-Rasyidun, para pemimpin terbaik selain Abu Bakar, Ali Bin Abi Thalib dan Utsman Bin Affan.
Banyak hal yang bisa dicontoh dari sosok pemimpin seperti Umar bin Khatib, dan khulafaurrasyidin lainnya. Mereka adalah para pemimpin yang tidak perlu melakukan kampanye merebut hati rakyat, agar bisa menjadi pemimpin. Mereka adalah orang- orang yang menganggap kursi kepemimpinan bukan sebagai sebuah anugerah atau sebuah karir atau sebuah pengakuan atas puncak prestasi. Mereka adalah orang-orang yang menganggap kekuasaan adalah sebuah amanah, yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Pemimpin Para Pemimpin, yaitu Allah SWT.
Pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab, Islam berada dalam masa kejayaan yang begitu memukau. Ia tidak saja disegani oleh kalangan manusia. Bahkan, bangsa jin dan setan pun takut kepada sahabat berjuluk Amirul Mukminin tersebut. Keberhasilannya menaklukan banyak negeri tentu menjadi nilai plus tersendiri. Hal ini membuat dirinya begitu disegani oleh banyak pemimpin dari berbagai negeri.
Hal ini tidak lepas dari gaya kepemimpinan Umar yang patut diteladani. Mulai dari gemar bermusyawarah, hingga terjun langsung menangani urusan umat.
Gemar Musyawarah
Teladan pertama dari seorang Umar bin Khattab ketika menjabat sebagai pemimpin ialah beliau gemar bermusyawarah.
Banyak kita jumpai pada saat sekarang ini, para pemimpin yang tidak mau bermusyawarah dengan rakyatnya terkait kebijakan yang hendak dilakukan. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku pada Umar, beliau adalah sosok yang tidak pernah memposisikan dirinya sebagai seorang penguasa. Akan tetapi, beliau beranggapan bahwasanya memiliki kedudukan yang sama dengan anggota musyawarah lainnya
Ia senantiasa meminta pendapat mengenai urusan yang dikerjakan. Ia tidak pernah menunjukkan, bahwa dirinya adalah pemegang kekuasaan yang bertindak semena-mena untuk mengambil keputusan. Artinya Umar selalu mengedepankan aspirasi rakyatnya, daripada mengandalkan keputusannya sendiri.
Umar menganalogikan musyawarah bagai benang yang dipintal, dimana pendapat dua orang bagaikan benang yang dipintal dan pendapat tiga orang (banyak orang) bagaikan tali yang kuat pintalannya yang hampir tidak terurai simpulnya.
‘APBN’ untuk Rakyat
Tidak hanya suka bermusyawarah, Umar bin Khattab juga termasuk ke dalam jajaran pimpinan yang senantiasa memikirkan rakyatnya. Ia senantiasa mempergunakan semua kekayaan negara untuk melayani rakyatnya.
Misalnya, Umar mendirikan tembok-tembok dan benteng untuk melindungi kaum muslimin dari serangan musuh.
Dirinya juga membangun kota-kota untuk mensejahterakan rakyatnya. Tidak pernah terlintas sedikit pun dalam benaknya, untuk mempergunakan kekayaan negara tersebut demi kepentingan pribadi.
Bahkan Umar adalah sosok pimpinan yang hidup dengan sangat zuhud, dirinya tidak tertarik dengan kemewahan, kenikmatan, dan segala bentuk kesenangan harta benda yang bersifat duniawi.
Bersedia Mendengar Kritik
Umar bin Khattab tidak pernah merasa dirinya adalah pimpinan yang sempurna. Oleh karena itu dirinya akan sangat senang apabila ada orang lain yang memberikan saran atau kritik terhadap dirinya. Ia adalah sosok yang bersedia mendengarkan setiap kritikan tersebut.
Bahkan Sebagai pemimpin yang terbuka, Umar tak segan meminta rakyatnya meluruskannya bila ia melakukan kesalahan, bahkan meski dengan pedang sekalipun.
Umar menganggap, bahwa ia memiliki hak atas mereka untuk memberi masukan. Karena setiap individu itu pula memiliki hak, untuk saling mengkritik dan menasehati. Umar mencintai mereka yang membuka aib-aibnya di depannya.
Bersikap adil
Umar adalah sosok pemimpin yang adil, dalam menetapkan hukum. Dan tidak memandang siapa yang melanggar, baik itu saudara, atau anak orang yang berpangkat, apabila melanggar pasti akan dihukum dengan semestinya.
Seperti ketika anak dari Amru bin Ash (Gubernur Mesir waktu itu) melakukan kesalahan. Umar pun mencambuk sebanyak ia mencambuk warga tersebut. Rasul pun menjulukinya sebagai Al Faruq yaitu orang dapat menegakkan hak dan membasmi yang batil.
Bersifat sederhana
Selain terkenal sebagai orang yang berani, adil, jujur, bijaksana, beliau pun terkenal sebagai orang yang sangat sederhana. Kesederhanaan beliau seperti tampak ketika menjadi khalifah, beliau tidak memakai busana kebesaran, tidak menggunakan kendaraan yang disediakan oleh para pembantunya. Dalam asas yang diriwayatkan dari Ibnu Jarin dan Abu Nu’aim dari al Hasan dia berkata : “Ketika Umar bin Khattab sudah menjadi khalifah, di kain mantelnya ada dua belas tambalan."
Umar bin Khattab adalah sosok pemimpin yang memposisikan dirinya bukan sebagai penguasa yang semena-mena terhadap rakyatnya, beliau memposisikan dirinya sebagai pelayan rakyat.
Sebagaimana karakter pemimpin sejati yang sebenarnya bahwa “Pemimpin Sejati adalah sebuah dorongan hati yang tulus untuk melayani orang lain melalui peran kepemimpinannya. Orang yang memiliki karakter seperti ini lebih tertarik untuk memberdayakan orang lain yang dia pimpin, mengalahkan nafsu kekuasaannya, prestise, maupun materi untuk dirinya sendiri. Pemimpin seperti ini digerakkan oleh dorongan hati, kesabaran dan rasa simpati (passion and compassion), kualitas hati nurani yang melekat pada dirinya“.
Karakter–karakter tersebut, ada pada sosok Umar bin Khattab. Terbukti, dalam praktik kepemimpinannya sebagai seorang khalifah (pemimpin ummat). Umar bin Khattab telah mempraktikkan bagaimana kepemimpinan sejati bekerja secara semestinya. Ketika rakyatnya yang mengalami kelaparan akibat krisis ekonomi, sang khalifah secara langsung turun ke lapangan melihat kondisi rakyatnya. Bahkan ketika mendapati rakyatnya yang miskin, dia tak segan untuk membawakan gandum dengan dipikulnya sendiri.
Ia menjadi pelayan rakyat dan pemimpin sederhana yang dicintai rakyatnya. Beliau melindungi dan memprioritaskan kesejahteraan bagi kaum fakir,miskin, anak yatim piatu dan lain-lain. (Hilyatul Mufidah)
0 comments:
Posting Komentar