MENTAWAI, (GemaMedianet.com) — Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) siap menyalurkan bantuan kegiatan ekonomi masyarakat di pulau terluar, dalam bentuk jaring udang, mesin tempel, fish box bagi 42 kepala Keluarga (kk) yang memiliki perahu tangkap.
Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Nasrul Abit saat kunjungan kerja bersama Kementerian Koordinasi Politik Hukum dan Pertahanan Keamanan (Kemenko Pohukam) Repubilik Indonesia, dalam pertemuan dengan penduduk Sinyau Nyau, Selasa (20/3/2018).
Hadir dalam kesempatan itu Bupati Yudas Sabagalet, Brigjen TNI Yasid Sulistya (Asdep Koordinasi Wilayah perbatasan dan Tata Ruang pertahanan Kemenpolhukam), Kolonel Inf. Sugeng Hartono (Kepala Bidang Tata Ruang Pertahanan Kemenpolhukam), Deni Daryatno (Analis Kebijakan Ahli) Kemenpolhukam, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, Kepala Dinas Pariwisata, dan Badan Kesbangpol.
Wagub Nasrul Abit menyampaikan, produktifitas masyarakat Sinyau Nyau saat ini adalah menghasil Kopra yang nilainya sangat rendah Rp.4.000/kg. Selain Koprajuga melakukan penangkapan Ikan dan Lobster di laut untuk konsumsi kebutuhan makan sendiri, dan dibagi dengan masyarakat sekitar. "Belum lagi bernilai ekonomis untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Tidak ada pengumpul dan transportasi yang memadai membawa tangkapan ke lokasi yang lebih ramai," kata wagub.
Oleh karena itu, sebut wagub, Pemprov Sumbar akan membantu berupa mesin tempel bagi yang punya kapal, alat tangkap dan jaring udang, fish box agar nantinya hasil tangkapan dapat dipasarkan dan dikelola dengan baik.
Wagub Nasrul Abit juga menyampaikan, agar masyarakat yang berada di pulau Sinyau Nyau tidak membolehkan orang asing masuk dan membangun sesuatu di pulau ini. "Kita mesti menjaga pulau terluar ini dengan baik. Selain itu jaga kebersamaan dan kerukunan warga pulau sebagai sikap solidaritas sebagai masyarakat se bangsa dan se tanah air," seru Nasrul Abit.
Asdep Koordinasi Wilayah perbatasan Dan Tata Ruang pertahanan Kemenpolhukam, Brigjen Yazid Sulistyo MSi, dalam kesempatan itu menyampaikan, kunjungan ini merupakan pengalaman pertama untuk melihat pulau terluar Sinyau Nyau yang berpenghuni 60 kepala keluarga yang penuh antusias.
Ia juga menyebutkan, kunjungan ini ingin melihat kondisi kehidupan masyarakat serta meninjau progres pelaksanaan pembangunan kepada masyarakat oleh pemerintah daerahnya. Menurutnya, kendala transportasi dan masih rendahnya pola kehidupan masyarakat tentu menjadi perhatian, untuk dibahas dalam tim pembangunan daerah perbatasan dan pulau terluar yang di dalamnya ada 17 kementerian terkait.
"Tingkat pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat akan menjadi laporan kami setiap 3 bulan progres kegiatan pertahanan dan keamanan di wilayah terluas dan di perbatasan," ungkapnya.
Pada kesempatan itu Yazid juga menghimbau masyarakat Pulau Sinyau Nyau agar tidak membolehkan dan membiarkan siapa pun pihak asing menempati pulau. Ini bahagian dari sistem pertahanan dan keamanan wilayah NKRI. "Nanti kita juga akan berkoordinasi dengan Danlantamal, Danrem, Polda yang berkaitan dengan dukungan pengawasan dan pengamanan di wilayah Kepulauan Mentawai ini," tegasnya.
Masyarakat Berperan Lindungi Lobster Dari Kepunahan
Di kesempatan yang sama, Bupati Mentawai Yudas menambahkan, dalam rangka pengawasan dan pengamanan laut perbatasan setiap masyarakat agar aktif memberikan laporan, baik langsung kepada dirinya atau pun kepada Pemerintah Daerah Kepulauan Mentawai, sehingga setiap laporan tersebut nantinya dapat segera ditindak lanjuti.
Bupati juga mengungkapkan rasa senangnya dengan kedatangan rombongan Kemenko Polhukam dan Pemprov Sumbar ke Mentawai. Ini sebagai semangat dan motivasi bagi kami dalam memajukan pelaksanaan pembangunan Mentawai, agar ke luar dari kategori daerah tertinggal," ungkapnya.
Yudas juga menyampaikan, rumah-rumah masyarakat di Pulau Sinyau Nyau masih dalam bentuk rumah singgah, karena rumah sebenarnya ada di kampung, yakni dari Desa Teleleo, Siberut Selatan.
Meski demikian ia juga mengaku senang dengan budaya masyarakatnya yang sudah memiliki tradisi dalam penangkapan Lobster, yakni ukuran 200 gram tidak ditangkap dan dilepas kembali ke laut. "Ini menunjukkan bahwa masyarakat berperan memberi kesempatan pada Lobster sedemikian untuk bisa besar, serta menghindari kepunahan dini," tukas Yudas. (rel)
0 comments:
Post a Comment