SOLSEL,
(GemaMedianet.com) — Kreativitas kaum hawa dalam meningkatkan perekonomian
keluarga patut diacungi jempol.
Pasalnya, kelompok perempuan di nagari Lubuk Malako, Sangir Jujuan, Solok
Selatan ini mengolah hasil bumi berupa tanaman kakao menjadi aneka produk makanan
dan minuman cokelat tanpa bahan pengawet. Biasanya, buah kakao hanya dijual
dengan harga yang relatif murah dikarenakan belum berupa produk olahan.
Sebelum
adanya rumah produksi cokelat, kebiasaan masyarakat disana, setelah buah kakao
masak lalu dijemur dan dijual pada pengepul. Sekarang, berkat bimbingan lembaga
swadaya Walhi Sumbar. Kelompok perempuan, Annisa Karya mengolah buah kakao
menjadi produk yang bernilai ekonomis dan mampu membeli kakao dengan harga yang
relatif mahal dari harga pengepul. "Tentunya ini menjadi motivasi bagi masyarakat
untuk budidaya kakao. Dan berdampak pada peningkatan sektor ekonomi
keluarga," ujar Ketua Kelompok Perempuan Annisa Karya, Susi Maryoni, Senin
(5/2/2018).
Produk
olahan itu menghasilkan lima varian cokelat.
"Setidaknya ada lima macam produk yang kami hasilkan, pertama,
serbuk cokelat kemasan yang bisa diseduh berfungsi sebagai obat mag dan
diabetes. Kedua, cokelat batangan, ketiga, cokelat murni, keempat, minuman
cokelat tri in wan (tiga dalam satu) campuran gula, susu dan serbuk cokelat.
Terakhir, produk pisang cokelat. Semua produk kami tanpa bahan pengawet,"
sebut Susi.
Kelompok
yang beranggotakan 60 orang ini, pada umumnya adalah Perempuan yang berprofesi
sebagai ibu rumah tangga. "Alhamdulillah, untuk mesin pengolahan kita
dapat bantuan dari Walhi Sumbar. Kelompok ini juga binaan Walhi. Untuk
pemasaran produk saat ini masih terbatas ditingkat kabupaten Solsel belum
sampai ke luar Solsel apalagi ke luar Sumbar," ungkapnya.
Hal
itu dikarenakan, pihkanya masih melakukan proses pengurusan layak konsumsi dari
BPOM dan pengurusan sertifikat halal. "Semoga, semua pengurusan ini bisa
berjalan lancar sehingga kita bisa pasarkan produk ke luar Solsel. Untuk harga
tiap produk juga bervariasi, tergantung produk dan ukuran, mulai dari harga Rp2
ribuan hingga Rp.250 ribu," tambahnya.
Ia
berharap, kelompok masyarakat ini mampu bersaing seiring perkembangan
teknologi. "Berharap kedepannya, kelompok bisa maju dan menjadi usaha yang
bisa menopang ekonomi masyarakat. Sebab, ibu-ibu yang biasanya dirumah saja atau
bertani sekarang bisa diberdayakan," katanya.
Sebelumnya,
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Walinagari Lubuak Malako, Riono
Pendri mengatakan pihaknya melakukan upaya budidaya tanaman kakao yang ditanam
ditiap perkebunan masyarakat. "Tidak sekedar budidaya kakao namun juga
mengolah kakao menjadi coklat yang siap dikonsumsi dan menjadi khas oleh-oleh
dari Lubuk Malako. Saat ini kita lagi pengurusan label BPOM dan sertifikat
halal,"katanya.
Menurutnya,
dengan adanya beberapa objek wisata alam di sekitar nagari seperti objek gua
dan air terjun dimana sebelum sampai lokasi melewati nagari yang dipimpinnya.
"Nah, ini merupakan peluang yang cukup menjanjikan bagi masyarkat apabila
objek wisata tersebut ramai dikinjungi wisatawan lokal maupun dari luar.
Sehingga, produk-produk UMKM yang dihasilkan bisa dijadikan buah tangan
pelancong. Kita akan buatkan sentra pusat oleh-olehnya," tambahnya.
Ia
meyakini, alternatif untuk meningkatkan usaha masyarakat tersebut akan
berdampak dalan waktu yang panjang dan secara otomatis meningkatkan
perekonomian masyarakat. "Kita melihat tanam sawit sudah mulai berdampak
terhadap pasokan air sehingga perlu terobosan yang berdampak jangka
panjang," tuturnya. (Fys)
0 comments:
Posting Komentar