PADANG, (GemaMedianet.com) — Potensi wisata Sumatera Barat (Sumbar) sangat luar biasa. Semua keindahan alam ada di wilayah ini, sungai, gunung, lembah, danau, laut dan pulau-pulau. Tak perlu wisata Sumbar disamakan dengan wisata Bali, biarkan potensi wisata Sumbar tumbuh berkembang dengan karakternya sendiri, keindahan alam, kuliner dan budaya masyarakat ketimuran yang tinggi.
Penegasan itu disampaikan Chairil Abdini Staf Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Suharso Monoarfa dalam rapat Watimpres bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang diwakili Wakil Gubernur Nasrul Abit, utusan Dinas Pariwisata serta beberapa staf terkait.
Menurut Chairil Abdini, potensi wisata Sumatera Barat sesuatu yang memiliki daya tarik sendiri dan perlu difokuskan pada satu titik wisata yang mana. Pariwisata merupakan satu industri ekonomi, apa produksi jualannya ?, siapa pasarnya ?, semua itu mesti jelas dan terukur dalam pelaksanaan pembangunannya.
Ia menyebutkan, wisata Sumbar juga dikenal dengan dukungan kuliner yang enak dan lezat, yang sukai dan digemari banyak orang, baik dalam negeri maupun mancanegara. Namun jangan ragu-ragu menetapkan "Sumatera Barat adalah Wisata Halal". Selain telah menerima award, juga memperlihatkan tingkat kunjungan kaum muslim cukup tinggi, terutama dari wisatawan Malaysia yang lebih dari 80 persen dari kunjungan wisatawan yang datang.
"Bisa saja nanti jika pemerintah pusat mendukung Wisata Halal Sumatera Barat, maka penerbangan Padang - Timur Tengah akan dibuka dan ini tentu memperjelas pasar "Wisata Halal itu masyarakat negara-negara muslim Timur Tengah,” ungkapnya.
Menanggapi hal itu Wakil Gubernur Nasrul Abit menyampaikan, mesti disiapkan konsep yang matang tentang "Wisata Halal Sumatera Barat", karena potensi cukup besar dan cocok dengan budaya masyarakat Sumatera Barat yang berfilosofi "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah".
Apalagi, potensi wisata Sumatera Barat sempat menerima 3 kategori penghargaan wisata halal dari ajang internasional WHTA 2016. Hal ini tentu akan menjadi modal yang kuat untuk mendorong promosi destinasi tersebut. Jika Sumatera Barat telah ditetapkan pemerintah pusat sebagai dinasti Wisata Halal Indonesia, maka akan menjadi branding yang lebih kuat, dan diharapkan turut mendongkrak kinerja industri pariwisata di Sumatera Barat maupun Indonesia.
Menurutnya, hari ini baru ada beberapa penerbangan antara daerah, Padang - Malaysia, Padang - Singapura, Padang - Jakarta, Padang - Batam, Padang - Pekanbaru, Padang - Jambi, Padang - Bandung. “Jika jalur penerbangan ini bisa ditingkatkan dengan adanya penerbangan Bali - Padang, Yogyakarta - Padang dan Abu Dhabi - Padang (Timur Tengah - Padang), tentu akan membantu jumlah kunjungan orang untuk datang ke Sumatera Barat,” terang Nasrul Abit.
Wagub juga menyebutkan, saat ini di Sumatera Barat ada 14 kabupaten/kota yang melakukan pembangunan di sektor pariwisata secara baik, Kota Padang dengan Kota Tua Siti Nurbaya - Muaro - Pantai Air Manis, Pesisir Selatan Kawasan Wisata Terpadu Mandeh, Pariaman dengan wisata bahari, Payakumbuh dengan wisata kuliner, Limapuluh Kota kelok sembilan, Harau dan Padang Mangateh, Bukittinggi Jam Gadang, Ngarai Sianok dan Lubang Japang, Agam dengan Maninjau-nya.
Kemudian Kabupaten Solok dengan Singkarak dan Danau Kembar, Solok Selatan dengan Seribu Rumah Gadang, Tanah Datar dengan desa terindah, Istano Basa Pagaruyung dan budaya, Sijunjung Silokek, kampung adat, Sawahlunto dengan kota tua, gedung lunsum, Padang Pariaman wisata religi Ulakan dan Mentawai dengan surving.
Dengan potensi wisata 14 kabupaten/kota ini, tentu pembangunan pariwisata Sumatera Barat akan menjadi kekuatan sinergitas yang besar antara daerah dalam mendukung satu sama lainnya. “Untuk itu kita agar fokus pada potensi besar Sumatera Barat pada Wisata Halal sebagai bahan usulan kepada Presiden, sebagai salah satu prioritas pembangunan pariwisata nasional,” harap wagub.
Ia juga menjelaskan, khusus Mentawai akan dicoba mengajak pihak imigrasi dan terkait lainnya atas persoalan kunjungan wisatawan dari berbagai negara yang langsung masuk dengan kapal-kapal layar ke Kepulauan Mentawai, tanpa dapat kita ketahui. Dan belum mendatang keuntungan apa-apa bagi kemajuan daerah. "Kita juga paham potensi dan budaya wisata Mentawai akan berbeda penanganannya, sesuai dengan potensi yang berkembang, baik laut dan kepulauan,” ujarnya. (rel)
0 comments:
Post a Comment