PADANG, (GemaMedianet.com) — Puluhan Pedagang “Pujasera” yang berjualan di bekas kantor Dinas Pariwisata Kota Padang mendatangi Walikota Padang yang tengah menghadiri kegiatan komuitas pajero sport di Pantai Padang Jalan Samudera, Minggu (11/12/2017) pagi. Kedatangan pedagang guna menyampaikan aspirasi kepada pemimpinnya, terkait kejelasan nasib mereka di lokasi “Pujasera”. Sayangnya, walikota terkesan enggan menerima ajakan pedagang, hingga berujung terjadinya insiden kecil dengan menghadang laju mobil dinas BA 1.
Padahal permintaan
pedagang hanya sepele saja, yakni agar Walikota Padang dapat melihat dari dekat
kondisi pedagang yang berjualan di lokasi Pujasera. “Kita berharap, Walikota Padang
datang melihat sejenak saja ke tempat kita berjualan di lokasi yang cukup
sempit ini. Tapi walikota sepertinya enggan menerima ajakan kita dengan alasan
masih mengikuti kegiatan,” ungkap Neni (49) dengan nada nelangsa.
Menurutnya, selama sebulan berjualan di Pujasera, belum satu pun pejabat Pemko Padang yang
datang berkunjung memberikan perhatian. Bahkan Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang yang punya gawe dipindahkannya pedagang pantai Jalan Samudera ke lokasi Pujasera, juga sepertinya
tidak menunjukkan kepedulian.
Karena itu ketika melihat Walikota Mahyeldi tengah menghadiri kegiatan komunitas pajero sport di Pantai Padang, kesempatan itu tidak disia-siakan pedagang. "Secara kompak kami mempertanyakan nasib pedagang Pujasera kepada Walikota Padang, dan meminta walikota melihat langsung lokasi kita berjualan. Namun, kita cukup kecewa atas jawaban walikota," tutur Neni.
Karena itu ketika melihat Walikota Mahyeldi tengah menghadiri kegiatan komunitas pajero sport di Pantai Padang, kesempatan itu tidak disia-siakan pedagang. "Secara kompak kami mempertanyakan nasib pedagang Pujasera kepada Walikota Padang, dan meminta walikota melihat langsung lokasi kita berjualan. Namun, kita cukup kecewa atas jawaban walikota," tutur Neni.
Ia
menyebutkan, ajakan terhadap Walikota Padang dipicu sejak dipindahkan secara "terpaksa" ke Pujasera bersama 58 pedagang lainnya,
pendapatan pedagang justeru kian memiriskan. Bahkan, untuk menutupi kehidupan
sehari-hari sulit dan terpaksa harus pinjam sana-pinjam sini.
“Sebagai single parent kondisi terus-menerus seperti ini, sangat menyulitkan kehidupan saya. Terlebih lagi untuk membiayai kehidupan sehari-hari dengan tiga orang anak yang menjadi tanggung jawab saya, semakin susah. Belum lagi, untuk biaya sekolah tiga orang anak,” ujarnya.
“Sebagai single parent kondisi terus-menerus seperti ini, sangat menyulitkan kehidupan saya. Terlebih lagi untuk membiayai kehidupan sehari-hari dengan tiga orang anak yang menjadi tanggung jawab saya, semakin susah. Belum lagi, untuk biaya sekolah tiga orang anak,” ujarnya.
Oleh
karena itu ia berharap pedagang Pujasera dikembalikan lagi ke tempat semula,
yakni pantai Jalan Samudera. “Kalau alasannya untuk keindahan pantai, toh
pedagang di Muaro Lasak, Purus juga berjualan di pantai. Kenapa sepertinya ada
pembedaan?, katanya penuh selidik.
Hal
senada juga disampaikan Yeni (49), pedagang Pujasera lainnya. Menurutnya,
pedagang hanya meminta waktu walikota sejenak untuk meninjau keberadaan lokasi
pedagang Pujasera. “Tidak berapa lama. Tak bisa 5 menit, satu menit pun tidak
mengapa. Sehingga setelah melihat lokasi Pujasera sangat sempit ini, walikota
dapat menyelami keresahan pedagang,” ungkap Yeni, single parent yang memiliki tanggung jawab empat orang anak ini.
Menurutnya,
lokasi berjualan di Pujasera ini tidak representatif, karena hanya bisa memuat
gerobak dan satu meja untuk pengunjung. Selain sempit, penataan lokasi juga tak menarik pembeli. "Walhasil,
demi keindahan Pantai Padang, penghidupan pedagang jadi korban. Lebih baik kita dikembalikan untuk berdagang di pantai," tukasnya seraya berharap Pemerintah Kota Padang berikan kejelasan nasib pedagang Pujasera. (em)
0 comments:
Posting Komentar