Laporan :
Jefli (Wartawan Haluan)
Rasa rindu
Restuti Laura (9) seketika berubah menjadi benci terhadap Ayahnya. Ia ditinggal
oleh ayahnya semenjak usia 1,5 tahun, pergi mempersunting wanita lain setelah
ibunya. Sejak ditinggal Ayah hingga masuk jenjang Sekolah Dasar (SD), Restuti
tidak pernah lagi jumpa dengan ayah kandungnya kecuali hanya terkadang berkabar
melalui telefon. Biaya sekolahnya pun jarang dikirim ayahnya.
"Ia pernah dijanjikan oleh ayahnya uang Rp.100 ribu apabila mendapat juara di sekolah. Tapi, setelah ia meraih juara berturut-turut sejak kelas satu, janji itu tidak pernah ditepati ayahnya. Akhirnya, hingga saat ini apabila ada telefon dari ayahnya, ia tak mau lagi bicara dengannya. Ia benci pada ayahnya," diceritakan Ibunya, Samsimar (46) pada Haluan, Senin (12/6/2017).
Kepergian
ayahnya tanpa ada sebab yang jelas, katanya pergi begitu saja tanpa pamit.
"Kemudian terdengar saja kabar kalau sudah beristri lagi di daerah
Pasaman," tambahnya.
Sekarang,
usianya sudah sembilan tahun dan duduk dibangku kelas II SDN 13 Tanjung Nan
Ampek, Nagari Pakan Rabaa Timur, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD)
Solok Selatan (Solsel). Bocah malang ini merupakan bungsu dari lima bersaudara.
Dimana, tiga orang masih dalam tanggungan Samsimar dan dua saudaranya sudah
berkeluarga.
Tinggal
dipinggiran dengan kondisi rumah papan berukuran sekitar 9x9 meter. Tepatnya di
Jorong Pasia Panjang, Pakan Rabaa Timur, KPGD bersama Ibu dan dua orang
saudaranya. Namun, tidak menyurutkan semangat dan prestasi belajarnya
disekolah. Gadis malang ini selalu juara di kelasnya. "Uti ibo jo Amak Uti
mah uda, uti nio bisa manyanangan amak. Susah amak bakarajo mancari pitih
uda,"keluhnya murung.
Tidak
muluk-muluk cita-citanya, kelak besar Restuti ingin membahagiakan ibunya. Tak
ingin melihat ibunya bercucur keringat mengambil upah disawah orang.
"Kalau lah gadang bisuak, Uti nio jadi urang nan berhasil dan
membahagiakan Ibu jo kakak," ucapnya lirih.
Apabila musim
kesawah (bertanam padi) datang, kata, Samsimar maka sehari Samsimar bisa
menghasilkan 3 sukat/gantang beras dari hasil mengambil upah dengan bekerja
disawah orang. Namun, jika tidak musim bertanam, hanya satu kali seminggu
mengambil upah ke sawah. "Untuk mencukupi kebutuhan anak-anak kadang juga
membersihkan ladang orang. Terutama saat tidak musim tanam padi," katanya.
Sementara,
kondisi ekonomi dua orang anaknya yang sudah berkeluarga juga hanya pas-pasan.
"Jangankan untuk membantu adiknya, tercukupi saja kebutuhan keluarganya
saja itu sudah membantu saya," tandas Samsimar.
Dari tiga
anaknya, satu bersekolah SMP dan satu Restuti Laura yang duduk di bangku SD.
"Satu lagi putus sekolah, hanya sampai SMP karena tuntutan biaya hidup
juga yang menjadi kendala saya," ucapnya.
Menurutnya,
untuk bantuan beasiswa dari pemerintah, Restuti Laura pernah mendapatkan
satu kali dengan besaran Rp.450 ribu. "Uang itu dimanfaatkan untuk
kebutuhan sekolahnya. Seperti beli buku, sepatu dan pakaian seragam
sekolah," lanjutnya.
Sementara,
Kapolres Solsel, AKBP M.Nurdin yang prihatin dengan kondisi ekonomi keluarganya
ikut memberikan bantuan pada bocah malang itu. "Segala kebutuhan belajar
dan sekolah biar saya yang urus. Sekarang, pikirkan untuk belajar yang baik dan
rajin saja ya. Apapun kebutuhan sekolah nanti saya kasih," pesannya pada
Restuti.
Naluri
kemanusiaan M.Nurdin meletup. Simpati dan empatinya menyatu untuk membantu
meringankan beban Samsimar. "Sekarang Ibu tak usah pikirkan biaya
sekolahnya. Yang penting awasi kegiatan belajarnya. Apapun kebutuhan nya nanti
bilang sama Babinmas ya. Semoga kelak ia menjadi anak yang berguna bagi
Agama, Nusa dan bangsa kita ini," tutupnya. Semoga.**
Terbit HALUAN
Edisi 13 Juni 2017
0 comments:
Posting Komentar