JAKARTA, (GemaMedianet.com) – Perjalanan sejarah di masa silam tak hanya meninggalkan catatan. Melainkan menjadi obyek menarik dan mengasyikan bagi para pelajar dan generasi muda untuk menguatkan nilai–nilai kebangsaan dan sejarah.
“Ekskursi atau berdarmawisata sejarah tak hanya mempelajari perjalanan sejarah masa silam, melainkan akan mampu menguatkan nilai-nilai kebangsaan dan sejarah nasional,” ujar Direktur Sejarah, Triana Wulandari di Jakarta, Senin (22/5/2017).
Salah satu strateginya, kata Triana, Direktorat Sejarah mengelar Lomba Kreasi Audiovisual Sejarah (LKAS) Tahun 2017, untuk menggali sejarah lokal di wilayah masing-masing, sehingga bisa menarik dan menyenangkan. “Perlu berbagai terobosan baru agar pelajaran sejarah bisa menarik dan menyenangkan. Melalui LKAS 2017, para pelajar terlihat begitu antusias mengirim sinopsis film sejarah lokal dari daerah mereka,” katanya.
Para pelajar dan generasi muda, sudah seharusnya melihat kembali sejarah dari tempat dia berasal. Sebab, akan memunculkan rasa bangga menjadi anak Indonesia dengan beragam sejarah yang dimilikinya. “Melalui film sejarah lokal yang dibuat, mereka akan bangga menjadi anak bangsa dan betapa hebat perjalanan sejarah negerinya pada saat berjuang untuk kemerdekaan Indonesia,” ucapnya.
Memahami sejarah lokal menjadikan mereka akan memunculkan rasa untuk senantiasa berkontribusi bagi negeri yang harus dirawat dan dijaga serta dicintai lewat karya–karya bernas yang mencerahkan. “The founding fathers kita sudah berdarah-darah berjuang untuk Indonesia. Masak generasi muda menyia-nyiakannya, melainka mereka harus menjadi generasi yang lebih hebat dari para pendahulunya tersebut,” harapnya.
Ekskursi digelar Minggu (21/5/2017), 45 peserta workshop LKAS 2017, berangkat dari penginapan menuju lokasi pertama di Fort Rotterdam, lalu dilanjutkan ke lokasi kedua di Fort Somba Opu.
Peserta didampingi dua pemandu dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan. Selain menambah wawasan sejarah, juga belajar langsung mengambil gambar yang baik di lapangan.
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) merupakan peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo, terletak di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dibangun pada 1545 oleh Raja Gowa ke-9, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng berbahan dasar tanah liat, lalu pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng diganti batu padas dari Pegunungan Karst di Maros.
Benteng Somba Opu |
Benteng Somba Opu merupakan peninggalan Kesultanan Gowa, dibangun Raja Gowa ke-9 Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna pada abad ke-16. Terletak di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Di masa kejayaannya menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan. Dimana, rempah-rempah yang diperjualbelikan untuk pedagang dari Asia, sekitar Indonesia dan wilayah Eropa dipasok dari tempat itu.
Pada 1669 benteng dikuasai oleh VOC, lalu dihancurkan hingga terendam ombak pasang. Pada 1980-an benteng ditemukan kembali oleh beberapa ilmuwan. Direkonstruksi pada 1990, sehingga benteng terlihat lebih baik lagi. (rel/m)
0 comments:
Post a Comment