SOLSEL, (GemaMedianet.com) – Guna menekan gejolak hargai cabai merah, produksi cabai merah di Solok Selatan (Solsel) 2017 ini ditargetkan sebanyak 6.636 ton dengan luasan tanam 553 hektare. Ini merujuk pada harga cabai merah yang sempat bergejolak di 2016 yang mencapai harga Rp 80-100 ribu/kg, target ini diharapkan bisa tercapai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Bahkan demi menekan harga cabai kita sedang mensosialisakan supaya masyarakat menanam cabai disekitar rumah dengan menggunakan polybag. Sosialisasi ini sendiri, bertahap dilakukan dulu bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) setelah itu baru masyarakat luas," ujar Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Solsel, Risa Herfina, Rabu (12/4/2017).
Dari data Dinas Pertanian Solsel, produksi cabai merah di 2016 lalu, hanya 2.376 ton dengan luas panen 376 hektare. Ada tiga kecamatan yang menjadi sentra produksi cabai di Solsel, yakni Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD), Kecamatan Pauh Duo dan Kecamatan Sangir.
"Untuk Januari ini terhitung kita sudah panen sebanyak 303.6 ton dengan luas lahan 40 hektare. Untuk Februari juga telah dilakukan panen seluas 52 hektare, dan masih dalam pendataan. Sementara untuk ketiga kecamatan tersebut diatas memang dijadikan titik pengembangan unggulan cabai di Kabupaten Solsel," sebutnya.
Setidaknya, tiga kecamatan yang dijadikan sentra produksi cabai di Solsel, imbuhnya tetapi, tidak menutup kemungkinan juga bagi kecamatan lain bisa menghasilkan produksi lebih banyak. Sehingga akan lebih mudah dalam mencapai target produksi 6.636 ton di tahun 2017 ini.
Setidaknya, tiga kecamatan yang dijadikan sentra produksi cabai di Solsel, imbuhnya tetapi, tidak menutup kemungkinan juga bagi kecamatan lain bisa menghasilkan produksi lebih banyak. Sehingga akan lebih mudah dalam mencapai target produksi 6.636 ton di tahun 2017 ini.
Untuk menyokong pencapaian target tersebut, pihaknya juga telah menyiapkan bantuan bagi pengembangan cabai di Solsel. Bantuan itu sendiri akan disalurkan kepada kelompok tani berupa pupuk dan mulsa.
"Tahun ini bantuan untuk pengembangan cabai di sini telah disediakan setidaknya untuk 25 hektare lahan," katanya.
Persoalan minimnya pasokan cabai tahun lalu, disinyalir menjadi penyebab mahalnya harga cabai yang menjadi keluhan konsumen. Sementara bagi sejumlah petani momok yang paling dikhawatirkan adalah penyakit yang menyerang tanamannya.
Persoalan minimnya pasokan cabai tahun lalu, disinyalir menjadi penyebab mahalnya harga cabai yang menjadi keluhan konsumen. Sementara bagi sejumlah petani momok yang paling dikhawatirkan adalah penyakit yang menyerang tanamannya.
Kedepan, pihaknya mengimbau petani cabai di Solsel, supaya lebih arif lagi memilih varietas cabai yang akan ditanam, termasuk penggunaan pupuknya. Sebab katanya, penanganan penyakit tersebut tidak bisa dilakukan hanya saat sudah mulai terjadinya serangan, namun harus dimulai dari awal proses penanaman.
"Pilih bibit yang sehat, lalu, pilih lokasi lahan yang bukan bekas tanaman cabai, terong, tomat atau satu famili dengan cabai. Sebeb spora jamur yang membawa penyakit mampu hidup dan beradaptasi dalam waktu tahunan di lahan yang pernah ditanami," tutupnya. (Okt/Rel)
"Pilih bibit yang sehat, lalu, pilih lokasi lahan yang bukan bekas tanaman cabai, terong, tomat atau satu famili dengan cabai. Sebeb spora jamur yang membawa penyakit mampu hidup dan beradaptasi dalam waktu tahunan di lahan yang pernah ditanami," tutupnya. (Okt/Rel)
0 comments:
Posting Komentar