30 Maret 2017

Silat Pedang Panjang, Aliran Silat Tradisi yang Nyaris Punah


SOLSEL, (GemaMedianet.com) – Silat Pedang Panjang yang merupakan salah satu aliran Silat khas tradisi Minangkabau yang ada di Solok Selatan (Solsel) terancam punah. Pasalnya, aliran silat yang menggunakan Pedang Panjang ini hanya dikuasai oleh dua orang guru yang telah tua.

"Kalau tidak ada dua orangtua ini, maka bisa dipastikan Silek Pedang Panjang punah," kata seorang Pegiat Silat di Solsel, Rino Satria.

Ia menyebutkan, apabila hal ini tidak cepat ditindaklanjuti, maka ciri khas aliran Silat tradisi Solsel bisa hilang.  Sebab imbuhnya, sampai saat ini aliran Silat Pedang panjang hanya memiliki dua orang guru dan dua murid. "Untuk yang pandai Silat ini banyak, namun hanya sekedar pandai saja tapi tidak menguasai seluruh teknik," ungkapnya, Kamis (30/3/2017).

Menurutnya, pusat aliran silat ini di Solsel ada di Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari. "Menurut sejarahnya, silat Pedang Panjang merupakan Silat kaum raja-raja. Tapi seiring perkembangan zaman keberadaannya terlupakan," jelasnya.

Ia menambahkan, Pedang yang menjadi media yang digunakan dalam latihan adalah pedang asli yang digunakan kaum raja-raja di Abai dahulunya. Berukuran panjang sekitar 120-150 cm, dan serupa dengan pedang yang digunakan oleh bangsa Arab. "Pedang ini masih ada sekitar empat unit lagi, dan itu digunakan untuk latihan silat," katanya.

Disinyalir, ada beberapa faktor yang menyebabkan Silek tradisi aliran Pedang Panjang terancam punah. Seperti, mulai hilangnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan nilai-nilai adat budaya. Ia mencontohkan, jika ada seseorang menggunakan pakaian adat Minangkabau seperti menggunakan pakaian silat atau randai pergi ke tempat umum (pasar dan lain-lain) maka menjadi hal yang aneh bagi sebagaian masyarakat.

"Bisa dibilang orang yang kurang waras. Tapi, jika menggunakan pakaian beladiri yang berasal dari luar seperti pakaian beladiri Karate, dan sebagainya maka orang tidak heran dan menganggap hal yang biasa," tuturnya.

Kemudian faktor ekonomi, imbuhnya, sebab jika dilihat dari beberapa sasaran Silat tradisi yang ada di Solsel mayoritas guru silat dan muridnya merupakan dari masyarakat kalangan ekonomi lemah, bekerja sebagai petani atau berladang. "Jangankan untuk beli pakaian silat, beli rokok dan kopi untuk guru saja susah," terangnya.

Di Solsel, katanya ada sekitar 26 sasaran Silat tradisi dengan beragam aliran. "Aliran silat tradisi ada sekitar 10-15 aliran," katanya.

Sementara, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Budaya Solsel, Bujang Basri mengatakan untuk melestarikan adat dan budaya pihaknya tengah melakukan pendataan. Terutama bagi sasaran-sasaran Silat yang ada di Solsel. "Kami akan melakukan koordinasi serta pembinaan terhadap kelestarian sasaran silat yang di Solsel," ucapnya.

Ia berharap, selain program dari Dinas Pariwisata dan Budaya Solsel untuk melestarikan cagar adat budaya yang ada, hendaknya pihak nagari juga lebih aktif memberikan pemberdayaan.

"Pihak nagari hendaknya tidak hanya melakukan kegiatan fisik semata tapi juga harus memperhatiakan mengenai pelestarian adat dan budaya yang ada ditiap nagari," tutupnya. (Okt/Rel)

0 comments:

Posting Komentar

PRAKIRAAN CUACA

eqmap

SOLOK SELATAN

Iklan

POLDA SUMBAR

iklan

TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail

Statistic Views

Iklan

iklan

Terkini

Iklan

FACEBOOK - TWEETER

Iklan

BUMN

Iklan

REMAJA DAN PRESTASI

Iklan

iklan

Arsip Blog