SOLSEL, (GemaMedianet.com) – Silat Pedang Panjang yang
merupakan salah satu aliran Silat khas tradisi Minangkabau yang ada di Solok
Selatan (Solsel) terancam punah. Pasalnya, aliran silat yang menggunakan Pedang
Panjang ini hanya dikuasai oleh dua orang guru yang telah tua.
"Kalau
tidak ada dua orangtua ini, maka bisa dipastikan Silek Pedang Panjang
punah," kata seorang Pegiat Silat di Solsel, Rino Satria.
Ia
menyebutkan, apabila hal ini tidak cepat ditindaklanjuti, maka ciri khas aliran
Silat tradisi Solsel bisa hilang. Sebab imbuhnya, sampai saat ini aliran
Silat Pedang panjang hanya memiliki dua orang guru dan dua murid. "Untuk
yang pandai Silat ini banyak, namun hanya sekedar pandai saja tapi tidak
menguasai seluruh teknik," ungkapnya, Kamis (30/3/2017).
Menurutnya,
pusat aliran silat ini di Solsel ada di Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang
Hari. "Menurut sejarahnya, silat Pedang Panjang merupakan Silat kaum
raja-raja. Tapi seiring perkembangan zaman keberadaannya terlupakan," jelasnya.
Ia
menambahkan, Pedang yang menjadi media yang digunakan dalam latihan adalah
pedang asli yang digunakan kaum raja-raja di Abai dahulunya. Berukuran panjang
sekitar 120-150 cm, dan serupa dengan pedang yang digunakan oleh bangsa Arab.
"Pedang ini masih ada sekitar empat unit lagi, dan itu digunakan untuk
latihan silat," katanya.
Disinyalir,
ada beberapa faktor yang menyebabkan Silek tradisi aliran Pedang Panjang
terancam punah. Seperti, mulai hilangnya kesadaran masyarakat untuk
melestarikan nilai-nilai adat budaya. Ia mencontohkan, jika ada seseorang
menggunakan pakaian adat Minangkabau seperti menggunakan pakaian silat atau
randai pergi ke tempat umum (pasar dan lain-lain) maka menjadi hal yang aneh
bagi sebagaian masyarakat.
"Bisa
dibilang orang yang kurang waras. Tapi, jika menggunakan pakaian beladiri yang
berasal dari luar seperti pakaian beladiri Karate, dan sebagainya maka orang
tidak heran dan menganggap hal yang biasa," tuturnya.
Kemudian
faktor ekonomi, imbuhnya, sebab jika dilihat dari beberapa sasaran Silat
tradisi yang ada di Solsel mayoritas guru silat dan muridnya merupakan dari
masyarakat kalangan ekonomi lemah, bekerja sebagai petani atau berladang.
"Jangankan untuk beli pakaian silat, beli rokok dan kopi untuk guru saja susah," terangnya.
Di
Solsel, katanya ada sekitar 26 sasaran Silat tradisi dengan beragam aliran.
"Aliran silat tradisi ada sekitar 10-15 aliran," katanya.
Sementara,
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Budaya Solsel, Bujang Basri
mengatakan untuk melestarikan adat dan budaya pihaknya tengah melakukan
pendataan. Terutama bagi sasaran-sasaran Silat yang ada di Solsel. "Kami
akan melakukan koordinasi serta pembinaan terhadap kelestarian sasaran silat
yang di Solsel," ucapnya.
Ia
berharap, selain program dari Dinas Pariwisata dan Budaya Solsel untuk
melestarikan cagar adat budaya yang ada, hendaknya pihak nagari juga lebih
aktif memberikan pemberdayaan.
"Pihak
nagari hendaknya tidak hanya melakukan kegiatan fisik semata tapi juga harus
memperhatiakan mengenai pelestarian adat dan budaya yang ada ditiap
nagari," tutupnya. (Okt/Rel)
0 comments:
Posting Komentar