SOLSEL, (GemaMedianet.com) – Data Badan Pusat Statistik (BPS) Solok Selatan (Solsel) laju
pertumbuhan ekonomi daerah itu pada 2015 mengalami perlambatan dibanding empat
tahun sebelumnya. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2015 hanya
5,35 persen dibandingkan 2014 mencapai 5,90 persen.
"Jika dibandingkan sejak 2011 maka
pada 2015 laju pertumbuhan ekonomi terendah," kata Kepala BPS Solsel,
Mukhdam baru-baru ini.
Menariknya, PDRB per kapita Solsel sejak
2011-2015 selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan signifikan
terjadi pada 2015 yaitu sebesar Rp26,44 juta/kapita. Apabila dibandingkan 2014
hanya Rp24,79 juta/kapita. Pada 2011 hanya Rp18,76 juta/kapita. "Kendati
laju pertumbuhan ekonomi turun tapi berdasarkan jenis lapangan usaha, nilai
PDRB perkapita paling tinggi adalah usaha pertanian, kehutanan dan perikanan
yaitu Rp9,01 juta/tahun," tambahnya.
Kemudian disusul lapangan usaha
transportasi dan pergudangan sebesar Rp4,69 juta/tahun. "Sedangkan usaha
konstruksi sebesar Rp3,05 juta," tandasnya.
Laju pertumbuhan PDRB di 2011 sebesar
5,58 persen, pada 2012 naik sebesar 6,04 persen dan di 2013 terus merangkak
naik 6,13 persen, terjadi penurunan pada 2014 diangka 5,90 persen dan tahun
2015 kembali turun keangka 5,35 persen.
Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
perikanan yang merupakan tulang punggung perekonomian Solsel pada 2015 hanya
tumbuh sebesar 3,42 persen.Dimana pada 2014 pertumbuhan sebesar 5,51 persen.
"Struktur perekonomian Solsel menurut lapangan usaha didominasi usaha
pertanian, kehutanan dan perikanan yang diikuti usaha perdagangan, pertambangan
serta usaha konstruksi," katanya.
Namun, lapangan usaha informasi dan
komunikasi merupakan sektor pertumbuhan ekonomi tertinggi yakni 10,73 persen
pada 2015 yang mengalami kenaikan dibanding 2014 sebesar 8,74 persen.
Jika dilihat sektor usaha pertambangan
(mining) secara akumulatif sejak sejak 2011-2015 terus mengalami peningkatan.
Puncaknya di 2015 yakni sebesar 7,03 persen. Dibanding 2014 hanya 5,85 dan
turun pada 2013 sebesar 5,76 persen. Di 2012 kembali turun 5,46 persen dan 2011
hanya sebesar 5,17 persen.
Terpisah, Kabid Perencanaan, Pengendalian
Evaluasi dan Litbang, Bappeda Solsel, Herwin menyebutkan laju pertumbuhan
menurun memang masalah. "Sampai 2014 laju pertumbuhan naik tapi kontribusi
turun untuk sektor pertanian. Di 2015 tetap bertumbuh namun tidak selaju tahun
sebelumnya. Penurunan bisa saja karena faktor alih fungsi lahan, bencana dan
gagal panen. Sedangkan pendapatan perkapita sektor pertanian tetap
berkontribusi paling tinggi," ungkapnya.
Untuk data PDRB 2016, pihaknya masih
menunggu dari BPS Solsel. "Minimal bulan Agustus 2017, jika data terlambat
akan mengganggu penyusunan dokumen perencanaan sebab perencanaan berawal dari
data," tutupnya. (Rel)
0 comments:
Posting Komentar