PADANG, (GemaMedianet.com) – JIKA melewati jalan Hamka, persisnya di
depan kampus Universitas Negeri Padang (UNP), sering terjadi macet cukup parah.
Anehnya, di jalan dua jalur itu kemacetan hanya terjadi di jalur sebelah timur.
Sedangkan jalur sebelah barat tidak demikian.
Setelah diamati, kemacetan terjadi bukan karena "berkepusunya" kendaraan menuju Basko Grand Mall. Akan tetapi karena tersendatnya jalan di jalur sebelah timur. Tak lain karena banyaknya kendaraan yang berputar arah dari jalur barat ke jalur timur. Apalagi di depan kampus UNP terdapat belokan yang memotong pembatas jalan.
Setelah diamati lagi, belokan yang
memotong pembatas jalan itu bukan diperuntukkan bagi kendaraan yang ingin
memutar dari jalur barat ke jalur timur. Namun sebaliknya. Dan apalagi persis di
ujung belokan itu terdapat rambu-rambu petunjuk, tidak boleh berputar arah.
Belokan terlarang inilah yang
dimanfaatkan oleh pengendara tidak disiplin untuk berputar arah. Padahal sudah
ada rambu-rambu dilarang. Tetapi pengemudi tetap nekat.
Kebiasaan buruk ini diperparah dengan
kehadiran "Pak Ogah" di lokasi itu. Tukang pandu dadakan ini seakan
terus "merayu mangsa" untuk berputar di belokan yang dijaganya itu.
Marka jalan yang ditempatkan Dinas Perhubungan di belokan itu disingkirkannya.
"Pak Ogah" memandu kendaraan
dari pagi hingga sore harinya. Mereka memberhentikan kendaraan lain jika ada
yang ingin berputar. Tak peduli kendaraan yang lewat dengan kecepatan sedang
maupun kencang. Yang penting kendaraan yang ingin berputar bisa selamat hingga
ke seberang.
Antara pengendara dengan "Pak
Ogah" seperti simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Setelah
kendaraan selamat, uang pun didapat.
Fenomena keberadaan "Pak Ogah"
telah cukup lama terjadi. Tidak saja di Air Tawar, juga di sejumlah jalan lain
di Kota Padang. Bahkan di Bypass juga ada "Pak Ogah". Tak jauh dari
Kantor Camat Kuranji sebelumnya juga ada "Pak Ogah", penampilannya
dalam memandu kendaraan pun jauh beda. Menggunakan kayu yang disulap seperti
rambu-rambu tanda stop. Sambil memandu kendaraan ingin berputar, tangan
kanannya mengacungkan rambu-rambu dari kayu ke kendaraan lain.
Keberadaan "Pak Ogah" memang
bikin resah pengendara. "Pak Ogah" juga menjadi biang kemacetan.
"Kalau sudah ada 'Pak Ogah' pasti
jalan jadi macet, terutama di jam sibuk," ungkap Fitrah, seorang
pengendara yang sering melintasi jalan depan kampus UNP itu.
Yoga segendang sepenarian dengan Fitrah.
Lelaki yang bekerja di perusahaan swasta di Bypass ini sempat mengeluhkan
keberadaan "Pak Ogah". Pemandu kendaraan ilegal itu menurutnya telah
menyalahi aturan lalulintas.
"Seharusnya pihak berwajib
menertibkan, namun terkesan terpediarkan," tutur Yoga.
Namun begitu, meski keberadaan "Pak
Ogah" cukup meresahkan, namun ada juga yang sangat membutuhkannya. Ketika
terburu-buru ingin berputar arah, "Pak Ogah" dianggap pahlawan.
Walikota Padang H. Mahyeldi Ansyarullah
Dt Marajo mengimbau kepada seluruh warganya untuk berdisiplin dalam berkendara.
Selalu memerhatikan dan memahami rambu-rambu ataupun marka jalan.
'Kesadaran masyarakat terhadap
rambu-rambu harus ditingkatkan," sebutnya.
Mahyeldi juga menilai penyebab macet
selama ini karena keberadaan "Pak Ogah". Ditambah lagi rendahnya
kesadaran warga dalam mematuhi peraturan. "Karena itu mari kita berputar arah
di tempat yang telah ditetapkan," ajak Mahyeldi.
Beberapa waktu lalu, Walikota Padang
sempat berhenti di tempat "Pak Ogah" mangkal di depan kampus UNP
Padang. Saat walikota akan turun dari kendaraan dinasnya, seluruh "Pak
Ogah" berlarian. Walikota kemudian membenarkan kembali letak marka jalan,
sehingga tidak ada lagi kendaraan yang berputar di tempat terlarang
itu.(Charlie Ch. Legi)
0 comments:
Posting Komentar