"Valentine dalam berbagai versi sangat jelas bukanlah ajaran Islam dan juga bukan budaya Indonesia. Disamping itu, dalam perjalanannya peringatan valentine day lebih banyak diisi dengan hal-hal yang tidak baik dan bertentangan dengan ajaran Islam. Tentu saja merusak generasi penerus. Untuk itulah kita ingin para generasi muda tidak ikut-ikutan memperingati valentine day," ungkap seorang aktivis FSI,Vina pada GemaMedianet.com, Minggu (12/2/2017).
Kampanye penolakan dilakukan dengan cara membawakan parade seni (nasyid acapella) dan juga ceramah untuk menyampaikan pesan anti valentine di hadapan seluruh peserta didik serta majelis guru. "Sekitar 50 orang aktifis FSI ini tampil mengkampanyekan penolakan valentine day. Jika kita renungkan, kegiatan tersebut bernilai positif, dan pihak sekolah akan senantiasa memberikan dukungan terhadap kegiatan seperti ini," tandas Wakil kepala sekolah bidang humas, Alit Anugrah Maria.
Secara tidak langsung, kegiatan kampanye penolakan itu juga mendukung program dan visi misi kepala daerah sebagai daerah yang religius. "Sebagai generasi yang cerdas, generasi muda harus kritis dalam melihat sebuah budaya. Bisa jadi budaya atau kebiasaan tersebut, bukanlah budaya kita, dan bisa membawa banyaknya kemudharatan," tukas Alit.
Ia menjelaskan, FSI El-Fata merupakan salah satu unit pengembangan diri kesiswaan di SMAN 1 Solsel yang berdiri awal 2017 (sebelumnya berada di bawah OSIS)."Alhamdulillah, kepala sekolah sangat mendukung program yang digagas," tambahnya.
Sementara, Kepala SMAN 1 Solsel, Rifdanilson mengatakan jika pihaknya telah mengesahkan FSI El-Fata. "Baru berdiri saja, mereka telah banyak melakukan kegiatan yang bernilai positif, seperti program tahfidz siswa, Nasyid, Teater, Mabit (Malam Bina Iman&Taqwa), Rihlah, dan juga diskusi mingguan," tutupnya. (Okt)
K
0 comments:
Posting Komentar