17 Februari 2017

Peranan Komunikasi Dalam Pembentukan Branding Identity Sumatera Barat


* Oleh : Rira Nabila
(Mahasiswi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas)

Peranan komunikasi sejak lama telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan hampir seluruh makhluk di muka bumi ini tak terlepas dari aktifitas komunikasi.

Tentu saja komunikasi itu dilakukan sesuai dengan cara dan kebiasaan yang berlaku di lingkungan dan habitatnya masing-masing. Aktifitas itu umumnya bermuara bagi tercapainya maksud dan tujuan kelompok, sub kelompok dari lingkungan dan habitatnya.

Di tengah kemajuan zaman dewasa ini, peran komunikasi terus berkembang. Selain komunikasi secara konvensional, aktifitas itu kini dilengkapi dengan komunikasi kontemporer seiring berkembangnya teknologi seperti Facebook, Twitter, Youtube, Blogger dan sebagainya.

Bahkan kemunculan telepon pintar seperti Smartphone kian menambah kecepatan berkomunikasi. Informasi yang diterima sebelumnya membutuhkan waktu lama, namun kini cukup dilakukan lewat jari pada tuts keyboard telepon genggam (handphone).

Ia diyakini mampu secara cepat dan akurat untuk mengkomunikasikan visi dan misi yang mereka emban ke khalayak ramai. Dari mulai instansi pemerintah, swasta, komunitas, forum dan sebagainya saling berlomba memanfaatkan peluang teknologi digital yang terus memasyarakat.

Masih belum lepas diingatan, bagaimana perpaduan olahraga dan wisata yang sering disebut Sport Torism dilaksanakan pertama kali di Provinsi Sumatera Barat tahun 2009. Kedua ajang ini dikemas dalam satu paket bertujuan guna lebih mengenalkan Indonesia kepada wisatawan dengan melekatkan nama Singkarak, salah satu danau terbesar dan cukup terkenal di Provinsi Sumatera Barat.

Ranah Minang juga memiliki alam dan budaya yang cukup mempesona dan menarik untuk dikenalkan kepada wisatawan lewat ajang balap sepeda internasional berlabel “Tour de Singkarak (TdS).”

Selain Singkarak, pesona alam lainnya seperti Lembah Harau, Danau Maninjau, Kelok 44, Danau Di Atas, dan Danau Di Bawah cukup menunjang sebagai daya tarik dalam jalur lintasan yang akan dilalui para pebalap sepeda.

Menyadari sport dan culture tourism paling ampuh untuk mengenalkan potensi wisata Indonesia ke seluruh penjuru dunia, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia melakukan strategi dengan merangkul berbagai kalangan seperti Amaury Sport, organisasi yang menjadi penyelenggara Tour de France di Perancis.

Kemenpar juga tak lupa melibatkan media komunikasi massa, mulai dari media cetak, elektronik dan media online, baik pusat dan daerah guna mengkomunikasikan informasi pelaksanaan iven berkelas internasional tersebut.

Sebagai komunikator Kemenpar RI berharap informasi Tour de Singkarak (TdS) yang dikemas apik jauh-jauh hari memiliki gaung yang kuat dan menarik perhatian masyarakat luas. Sasarannya, tidak saja menimbulkan minat dan hasrat di tingkat lokal dan regional, namun menglobal hingga ke seluruh penjuru dunia.

Bagaimana pun, minat merupakan titik pangkal untuk tumbuhnya hasrat. Oleh karena itu, informasi terkait pelaksanaan perpaduan iven tersebut juga dibuka seluas-luasnya, sehingga dapat diakses dengan cepat oleh masyarakat atau komunikan di berbagai belahan dunia. Tidak saja menyebarkan informasi dilayar laptop dan komputer, tetapi juga hingga dilayar sentuh Smartphone. Alat komunikasi yang sangat canggih pada era globalisasi seperti sekarang ini.

Meskipun begitu pada awal pembuatannya, banyak pihak yang mencibir iven wisata olahraga ini akan sukses. Namun hasilnya sungguh mengejutkan, Tour de Singkarak yang melombakan 4 etape serta melintasi 4 kabupaten dan kota di Sumatera Barat ternyata berjalan sukses. Bahkan ajang ini kembali direncanakan untuk digelar di tahun berikutnya dengan menambah etape dari empat menjadi enam etape. Karena sukses, maka keputusannya rute lintasan pun akhirnya diperpanjang.

Tahun ini, TdS sudah digelar untuk kali ke delapan. Setelah TdS tujuh kali digelar sebelumnya, ternyata sudah bermunculan destinasi wisata baru yang makin dikenal masyarakat lebih luas lagi. Beberapa diantaranya, Pantai Carocok, Pantai Gandoriah, Pantai Padang, Lembah Harau, Kelok 9, Pantai Tiram, Istana Pagaruyuang, dan masih ada lagi yang lainnya. Bahkan Masjid Raya Sumbar, Tugu Perdamaian dan Tugu IORA sudah dijadikan tempat berfoto bagi para wisatawan.

Hasil lainnya, lebih 1.000 kilometer jalan yang diperbaiki setiap tahun untuk jalur balap sepeda menyebabkan semakin lancarnya arus orang, barang dan jasa. Sehingga turut memudahkan wisatawan mengunjungi berbagai destinasi wisata yang ada di Sumbar.

Selain itu TdS juga tercatat sebagai event balap sepeda dengan jumlah penonton terbanyak peringkat ke-5 di dunia berdasarkan data Amouri Sport Organization (ASO) dan Union Cycliste Internationale (UCI). Lembaga ini juga mengakui TdS sebagai event dengan very high level security. Artinya, masyarakat mendukung dan menikmati event TdS ini, sekaligus sebagai hiburan bagi mereka.

Penonton selain menikmati pebalap berlomba menggenjot sepeda, banyak yang sengaja menyaksikan Tour de Singkarak karena tertarik pada destinasi wisata yang dilintasi oleh para pebalap.

Dari 4 kota/kabupaten yang berpartisipasi pada awalnya, kini hampir seluruh kota/kabupaten ikut berpartisipasi. Tour de Singkarak juga menjadi ajang balap sepeda paling populer di negeri ini. TdS semakin memantapkan posisi dan citra Sumbar sebagai destinasi pariwisata yang diperhitungkan dalam skala internasional.

Tak heran Bupati Solok Selatan, Muzni Zakaria kembali mengkomunikasikan pelaksanaan TdS 2017 kepada Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata RI, dengan salah satu agendanya untuk mengupayakan agar tahun ini Solsel bisa menjadi salah satu rute yang dilalui para peserta TDS. Seperti pemberitaan yang dilansir Portal Berita GemaMedianet.com pada 2 Januari 2017 http://www.gemamedianet.com/2017/02/tak-ingin-rute-batal-lagi-bupati-solsel.html

Pembentukan branding identity Sumatera Barat, perlahan dan pasti akhirnya tercapai. Yakni saat ingat tentang Sumatera Barat maka secara otomatis ingatan para wisatawan akan tertuju terhadap keelokan alam, kekhasan budaya, kedinamisan seni, bahkan kekhasan masakan Ranah Minang. 


Siapa yang bisa menyangka, lagu “Nasi Padang” menjadi viral di media sosial. Bahkan, Audun Kvitland Røstad warga Norwegia yang menciptakan sekaligus mempopulerkan lagu Nasi Padang mungkin saja akan berpandangan sama.

Tapi itulah yang terjadi, Video klip lagu “Nasi Padang” di Youtube dari bule bernama Audun ‘Kvitland’ itu kini telah ditonton banyak orang. Bahkan, tak sedikit yang menshare, mendowload  serta mengupload ulang pada akun youtube pribadi.

Tak bisa dipungkiri lirik lagu dengan aransemen pop itu sendiri menyebut “Sambal Hijau” dan “Air Kobokan” dalam liriknya, yang merupakan pengalaman pribadinya menggambarkan betapa nikmatnya menyantap makanan Minang tersebut. Ia sengaja menciptakan lagu "Nasi Padang" untuk mengobati rasa rindunya akan makanan Indonesia tersebut. Audun sendiri berada di Indonesia selama tiga minggu.

Harapan kita, hal itu menjadi motif utama para wisatawan yang datang untuk mengunjungi Sumatera Barat. Ke depan, saat orang tahu tentang Tour de Singkarak, maka akan langsung ingat Sumatera Barat. Ingat Sumatera barat, maka ingat keelokan alam, kekhasan budaya, kedinamisan seni, bahkan kekhasan masakan Ranah Minang.

Sekarang, tinggal bagaimana kita memanfaatkan ajang wisata olahraga ini sebagai bagian dari atraksi paket wisata yang bisa menarik wisatawan untuk liburan ke Sumbar. Sekaligus kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat ini juga berujung kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat. (*)

0 comments:

Posting Komentar

PRAKIRAAN CUACA

eqmap

SOLOK SELATAN

Iklan

POLDA SUMBAR

iklan

TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail

Statistic Views

Iklan KPU Pesisir Selatan

iklan

Terkini

Iklan

FACEBOOK - TWEETER

Iklan

BUMN

Iklan

REMAJA DAN PRESTASI

Iklan

iklan

Arsip Blog