* Oleh : Rira Nabila
(Mahasiswi Magister Ilmu
Komunikasi Universitas Andalas)
Peranan
komunikasi sejak lama telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Bahkan hampir seluruh makhluk di muka bumi ini tak terlepas dari
aktifitas komunikasi.
Tentu
saja komunikasi itu dilakukan sesuai dengan cara dan kebiasaan yang berlaku di
lingkungan dan habitatnya masing-masing. Aktifitas itu umumnya bermuara bagi
tercapainya maksud dan tujuan kelompok, sub kelompok dari lingkungan dan
habitatnya.
Di
tengah kemajuan zaman dewasa ini, peran komunikasi terus berkembang. Selain
komunikasi secara konvensional, aktifitas itu kini dilengkapi dengan komunikasi
kontemporer seiring berkembangnya teknologi seperti Facebook, Twitter, Youtube,
Blogger dan sebagainya.
Bahkan
kemunculan telepon pintar seperti Smartphone kian menambah kecepatan
berkomunikasi. Informasi yang diterima sebelumnya membutuhkan waktu lama, namun
kini cukup dilakukan lewat jari pada tuts keyboard telepon genggam (handphone).
Ia
diyakini mampu secara cepat dan akurat untuk mengkomunikasikan visi dan misi
yang mereka emban ke khalayak ramai. Dari mulai instansi pemerintah, swasta,
komunitas, forum dan sebagainya saling berlomba memanfaatkan peluang teknologi
digital yang terus memasyarakat.
Masih
belum lepas diingatan, bagaimana perpaduan olahraga dan wisata yang sering
disebut Sport Torism dilaksanakan pertama
kali di Provinsi Sumatera Barat tahun 2009. Kedua ajang ini dikemas dalam satu
paket bertujuan guna lebih mengenalkan Indonesia kepada wisatawan dengan melekatkan
nama Singkarak, salah satu danau terbesar dan cukup terkenal di Provinsi
Sumatera Barat.
Ranah
Minang juga memiliki alam dan budaya yang cukup mempesona dan menarik untuk
dikenalkan kepada wisatawan lewat ajang balap sepeda internasional berlabel “Tour
de Singkarak (TdS).”
Selain
Singkarak, pesona alam lainnya seperti Lembah Harau, Danau
Maninjau, Kelok 44, Danau Di Atas, dan Danau Di Bawah cukup
menunjang sebagai daya tarik dalam jalur lintasan yang akan dilalui para
pebalap sepeda.
Menyadari
sport dan culture tourism paling ampuh untuk mengenalkan potensi wisata Indonesia
ke seluruh penjuru dunia, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia
melakukan strategi dengan merangkul berbagai kalangan seperti Amaury Sport, organisasi yang menjadi
penyelenggara Tour de France di Perancis.
Kemenpar
juga tak lupa melibatkan media komunikasi massa, mulai dari media cetak,
elektronik dan media online, baik pusat dan daerah guna mengkomunikasikan informasi
pelaksanaan iven berkelas internasional tersebut.
Sebagai
komunikator Kemenpar RI berharap informasi Tour de Singkarak (TdS) yang dikemas
apik jauh-jauh hari memiliki gaung yang kuat dan menarik perhatian masyarakat
luas. Sasarannya, tidak saja menimbulkan minat dan hasrat di tingkat lokal dan
regional, namun menglobal hingga ke seluruh penjuru dunia.
Bagaimana pun, minat merupakan titik pangkal untuk
tumbuhnya hasrat. Oleh karena itu, informasi terkait pelaksanaan
perpaduan iven tersebut juga dibuka seluas-luasnya, sehingga dapat diakses dengan
cepat oleh masyarakat atau komunikan di berbagai belahan dunia. Tidak saja menyebarkan
informasi dilayar laptop dan komputer, tetapi juga hingga dilayar sentuh
Smartphone. Alat komunikasi yang sangat
canggih pada era globalisasi seperti sekarang ini.
Meskipun
begitu pada awal pembuatannya, banyak pihak yang mencibir iven wisata olahraga
ini akan sukses. Namun hasilnya sungguh mengejutkan, Tour de Singkarak yang
melombakan 4 etape serta melintasi 4 kabupaten dan kota di Sumatera Barat ternyata
berjalan sukses. Bahkan ajang ini kembali direncanakan untuk digelar di tahun
berikutnya dengan menambah etape dari empat menjadi enam etape. Karena sukses, maka
keputusannya rute lintasan pun akhirnya diperpanjang.
Tahun
ini, TdS sudah digelar untuk kali ke delapan. Setelah TdS tujuh kali digelar sebelumnya,
ternyata sudah bermunculan destinasi wisata baru yang makin dikenal masyarakat
lebih luas lagi. Beberapa diantaranya, Pantai Carocok, Pantai Gandoriah, Pantai
Padang, Lembah Harau, Kelok 9, Pantai Tiram, Istana Pagaruyuang, dan masih ada
lagi yang lainnya. Bahkan Masjid Raya Sumbar, Tugu Perdamaian dan Tugu IORA
sudah dijadikan tempat berfoto bagi para wisatawan.
Hasil
lainnya, lebih 1.000 kilometer jalan yang diperbaiki setiap tahun untuk jalur
balap sepeda menyebabkan semakin lancarnya arus orang, barang dan jasa.
Sehingga turut memudahkan wisatawan mengunjungi berbagai destinasi wisata yang
ada di Sumbar.
Selain
itu TdS juga tercatat sebagai event
balap sepeda dengan jumlah penonton terbanyak peringkat ke-5 di dunia
berdasarkan data Amouri Sport Organization (ASO) dan Union Cycliste
Internationale (UCI). Lembaga ini juga mengakui TdS sebagai event dengan very high level security. Artinya,
masyarakat mendukung dan menikmati event
TdS ini, sekaligus sebagai hiburan bagi mereka.
Penonton
selain menikmati pebalap berlomba menggenjot sepeda, banyak yang sengaja
menyaksikan Tour de Singkarak karena tertarik pada destinasi wisata yang
dilintasi oleh para pebalap.
Dari
4 kota/kabupaten yang berpartisipasi pada awalnya, kini hampir seluruh
kota/kabupaten ikut berpartisipasi. Tour de Singkarak juga menjadi ajang balap
sepeda paling populer di negeri ini. TdS semakin memantapkan posisi dan citra
Sumbar sebagai destinasi pariwisata yang diperhitungkan dalam skala
internasional.
Tak
heran Bupati Solok Selatan, Muzni Zakaria kembali mengkomunikasikan pelaksanaan
TdS 2017 kepada Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian
Pariwisata RI, dengan salah satu agendanya untuk mengupayakan agar tahun ini
Solsel bisa menjadi salah satu rute yang dilalui para peserta TDS. Seperti
pemberitaan yang dilansir Portal Berita GemaMedianet.com
http://www.gemamedianet.com/2017/02/tak-ingin-rute-batal-lagi-bupati-solsel.html
Pembentukan
branding identity Sumatera Barat,
perlahan dan pasti akhirnya tercapai. Yakni saat ingat tentang Sumatera Barat
maka secara otomatis ingatan para wisatawan akan tertuju terhadap keelokan
alam, kekhasan budaya, kedinamisan seni, bahkan kekhasan masakan Ranah Minang.
Siapa
yang bisa menyangka, lagu “Nasi Padang” menjadi viral di media sosial. Bahkan,
Audun Kvitland Røstad warga Norwegia yang menciptakan sekaligus mempopulerkan
lagu Nasi Padang mungkin saja akan berpandangan sama.
Tapi
itulah yang terjadi, Video klip lagu “Nasi Padang” di Youtube dari bule bernama
Audun ‘Kvitland’ itu kini telah ditonton banyak orang. Bahkan, tak sedikit yang
menshare, mendowload serta mengupload
ulang pada akun youtube pribadi.
Tak
bisa dipungkiri lirik lagu dengan aransemen pop itu sendiri menyebut “Sambal
Hijau” dan “Air Kobokan” dalam liriknya, yang merupakan pengalaman pribadinya
menggambarkan betapa nikmatnya menyantap makanan Minang tersebut. Ia sengaja
menciptakan lagu "Nasi Padang" untuk mengobati rasa rindunya akan
makanan Indonesia tersebut. Audun sendiri berada di Indonesia selama tiga
minggu.
Harapan
kita, hal itu menjadi motif utama para wisatawan yang datang untuk mengunjungi
Sumatera Barat. Ke depan, saat orang tahu tentang Tour de Singkarak, maka akan
langsung ingat Sumatera Barat. Ingat Sumatera barat, maka ingat keelokan alam,
kekhasan budaya, kedinamisan seni, bahkan kekhasan masakan Ranah Minang.
Sekarang,
tinggal bagaimana kita memanfaatkan ajang wisata olahraga ini sebagai bagian
dari atraksi paket wisata yang bisa menarik wisatawan untuk liburan ke Sumbar.
Sekaligus kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat ini juga
berujung kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat. (*)
0 comments:
Posting Komentar