PADANG,
(GMn)—
Sejumlah tokoh masyarakat Sumbar bertemu dalam tajuk “Silaturrahim Keluarga
Besar Tarbiyah- Perti Sumbar. Islah –Tarbiyah-Perti untuk Kesatuan Umat,
Keutuhan Bangsa,” di ruang pertemuan Asrama Haji Parupuak Tabing Kota Padang, Minggu
(29/1/2017).
Para tokoh tersebut diantaranya Ketua
Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sumbar H. Boy Lestari Dt. Palindih, Ketua DPD
PERTI Sumbar Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Barat Hendra Irwan Rahim.
Gubernur Sumbar, Emma Yohana anggota DPD RI, Walikota Padang H. Mahyeldi
Anshrullah Dt. Marajo, SP dan sejumlah tokoh lainnya.
Pada kesempatan itu, Walikota
Padang H. Mahyeldi menyampaikan, bergabungnya Perti dan Tarbiyah, ini yang
sudah menjadi sikap menasional. Ia berharap sesuai dengan yang disampaikan
pengurus pusat, Perti yang konsen terhadap pendidikan pesantren ini adalah hal
yang tepat. Ini dalam rangka penguatan sendi-sendi kehidupan berbangsa serta
perlu perhatian yang serius, seperti pendidikan dan generasi muda. Selanjutnya
semua kita berdoa agar semangat yang dilakukan Tarbiyah dan Perti bisa dikuti organisasi
lainnya di negeri ini.
“Saya secara pribadi yakin
banyak orang dengan semangat menyatunya Tarbiyah dan Perti, ini menjadi optimis
kepada bangsa ini serta kepada generasi muda. Sekaligus hal ini dilakukan
pembelajaran kepada pemuda dan para ulama-ulama yang telah mencontohkan kepada
kita merapatkan shaf dan mengokohkan persatuan demi untuk kejayaan bangsa,”
ujar Mahyeldi kepada awak media.
Fakta sejarah, bahwasanya para
ulama ketika menyatu dengan rakyat maka bangsa itu jaya, kokoh dan sukses.
Makanya di dalam dokumen-dokumen negara ini diantaranya pada pembukaan UUD 1945
telah dibunyikan, bahwa kemerdekaan adalah rahmat dari Allah SWT, karena begitu
jelas serta kongkritnya peran ulama sejak masa penjajahan dalam perjuangan,
mengusir penjajah dan menyatukan bangsa ini.
Demikian juga setelah Indonesia
merdeka, ketika tentara Belanda mau masuk lagi, membonceng tentara sekutu, maka semangat ini pulalah yang
digaungkan oleh Untung di Surabaya dengan melansirkan potensi-potensi Surabaya.
Begitu juga Tokoh Nasir, pada
17 Agustus 1950, kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebelumnya
Republik Indonesia Serikat (RIS). Ini sekaligus bukti kepada kita kokohnya
NKRI, sebagai kontribusi para ulama dan umat Islam.
Mahyeldi meyakini, ke depan
umat Islam sudah sangat dewasa dalam menyikapi perbedaan-perbedaan dan tidak
ada umat Islam di Indonesia yang akan menciderai NKRI serta melakukan hal yang
tidak diharapkan.
“Mudah-mudahan semua ini akan
disadari seluruh pihak, dan kepada generasi muda mari pelajari sejarah. Seperti
yang diajarkan Presiden Soekarno kepada kita, jangan sekali-kali melupakan
sejarah,“ ungkap Mahyeldi mengingatkan kembali. (tf/ir/fs)
0 comments:
Posting Komentar